They called him fragile. They mocked his wheelchair. They said, "What can a cripple do against tanks and missile…
Read More »Ia lahir bukan dari panggung kekuasaan, tapi dari lembar-lembar pemikiran yang tajam melebihi bayonet. Tan Malaka. N…
Read More »There exists a piece of cloth— Not stitched by the hands of fashion nor designed by the whims of culture. It is not a…
Read More »Ada sehelai kain yang tak dijual di etalase tren, tak berubah oleh musim, dan tak tunduk pada tepuk tangan manusia. Ka…
Read More »I was born on the edge of the world. Where the sun kisses the westernmost shores of Indonesia, and the ocean hums wi…
Read More »Hujan turun sejak malam sebelumnya. Deras, lama, dan seperti biasa—mengabaikan pembangunan yang setengah hati. Di sebua…
Read More »Di negeri ini, kadang lucu juga kalau bicara keadilan. Ia seperti WiFi gratis di ruang publik: disebut ada, tapi sinyal…
Read More »Di atas tanah yang basah oleh doa-doa nenek moyang, kini berdiri lubang-lubang besar seperti luka terbuka yang belum se…
Read More »Kembali aku mengenang. Siapa diri ini, dan ke mana jiwa ini harus mengalir? Ada artinya, aku lagi-lagi tidak pernah …
Read More »Oh, ada apa dengan dunia? Aku kehilangan jam tidurku untuk kesekian pagi. Menunggu kesejukan dari segala kabar yang …
Read More »Aku tidak tahu. Kekosongan itu mudah muncul membunuh mimpi-mimpiku. Harapan yang telah aku bangun dengan kenyataan, …
Read More »Dari seberang, aku menatap perahu di ujung dermaga danau. Bersiap akan berlayar, tanpa memberi lambaian tangan. Aku …
Read More »Setidaknya, aku berani mempertaruhkan kebahagiaan. Mengukir kehampaan di permukaan kanvas yang membusuk. Membicaraka…
Read More »Sejauh ini, aku masih menghisap sebatang rokok. Bukan tidak ingin menjaga kesehatan, tapi banyak yang lebih membuatk…
Read More »Aku sengaja bangun lebih pagi, agar bisa mendengar mentari bernyanyi. Meskipun aku telah lama redup dalam keterasing…
Read More »Menjadi seorang presiden, tentu saja perkara yang paling konyol jika mengingatnya. Bukan hanya bagiku, dan para ra…
Read More »Aku tetap menulis sajak, meski tidak dibayar. Biarlah habis sejuta tinta, tanpa diberi upah. Setiap yang aku terima …
Read More »Tengah malam, air mata mengucur deras, Hati bergetar mengingat cinta yang dirampas, Di sela-sela sunyi, dari uju…
Read More »Tidak seperti dulu, selalu kenyang selepas magrib. Dua potong cireng, dan hanya beberapa potong kue yang ditambur …
Read More »