Istriku, Apakah Aku Suamimu?

By Unknown - 1:58 am

Tidak seperti dulu, selalu kenyang selepas magrib. Dua potong cireng, dan hanya beberapa potong kue yang ditambur jagung dalam gulungan lumpia. Menu seperti itu seakan sudah cukup, sebab tubuh terlalu sesak dengan angan-angan. Aku berandai jika saja pulang kampung sebelum ramadan tiba. Ah, pasti akan terasa seperti pangeran, atau setidaknya menjadi tuan di rumah sendiri.
Pemandangan di halaman rumah magrib ini, dihias sejumlah motor. Entah milik siapa, aku rasa sudah resiko tinggal di pusat kota. Semua pemilik kendaraan menganggap halaman rumah tanpa pagar ini sebagai area parkir gratis. Meskipun keberatan, namun tidak mungkin bisa mengelak bila sudah berdiri motor yang tidak dikenali pemiliknya.
Tidak lama setelah berbuka puasa, kau pun pulang dengan mobil kesayanganmu. Bagaimana pula harus aku katakan? Sedangkan motor-motor yang berdiri di halaman rumah kita sudah ada begitu aku keluar. Tidak juga bisa aku jelaskan, semua kendaraan itu diparkir oleh pemiliknya yang benar-benar tidak aku kenali.
“Motor siapa? Pindahi, dong!” teriakmu begitu membuka jendela. Padahal di saat yang sama, kau pun pasti tahu, aku sedang merapikan parkiran motor-motor itu. Tentu saja supaya memudahkanmu untuk memasukan mobil ke garasi.
Tanpa peduli serumit apa aku memindahkan motor yang dikunci cakram dan stangnya, kau tidak menghadiahkanku apapun. Jangankan kata terima kasih, seuntai senyum pun tidak pernah aku temukan. Biarpun begitu, aku tetap setia melakukan perawatan pada mobilmu dua bulan sekali.
Ya, kau bisa beristirahat sekarang, aku juga tidak akan membebanimu untuk harus berbalas budi. Hanya saja muncul pertanyaan, nyaris serupa seperti yang kau tanyakan tatkala kepedulianku memenuhi hari-harimu. Kau ingat? Pertanyaan yang kau utarakan sebelum kita bergegas menjalankan tugas sebagai reporter berita.
“Emangnya gua istri lu?”
Aku hanya cengir, dan tidak menjawab apa-apa. Padahal waktu itu, aku hanya berkomentar tentang make up wajahmu yang ketebalan. Dan sekarang, apakah kau mampu menjawab? Bila saja aku tanyakan hal yang hampir serupa tersebut padamu. Setelah aku benar-benar sudah resmi menjabat sebagai kepala keluarga di rumah kita.
“Wahai istriku, apakah aku suamimu?”


Bandung, 03 Juli 2014 

  • Share:

You Might Also Like

3 komentar