FLP Jelajah Budaya Di Museum Aceh

By Unknown - 1:52 am

 Rintik hujan mulai jatuh seperti jarum dari langit, saya dan Aslan pun dibuat ragu untuk hadir di jelajah budaya bersama teman-teman FLP di museum Aceh. Tidak lama, hujan deras seakan langit ingin runtuh pun mewarisi keharusan kami untuk segera ke sana. Soalnya, saat itu kami sudah berada di setengah jalan menuju museum. Jadi sangat tidak mungkin untuk kembali lagi ke rumah.
Setibanya di sana, wajah dari teman-teman FLP membangkitkan semangat saya seperti kemarin. Ya, ketika info tentang jelajah budaya ini datang, saya sangat bersemangat sekali. Terlebih mencari jejak-jejak banyak dilupakan oleh generasi muda pada umumnya. Ini adalah wacana paling saya tunggu-tunggu sejak jauh hari.
Kehadiran Ibu Laila Abdul Djalil yang ahli sejarah aceh pun semakin menglengkapi jelajah budaya kali ini. Banyak sekali hal-hal baru yang saya dapat selama mengelilingi museum Aceh, gedung Joeang dan juga makam-makam di sekitarnya, termasuk makam Sultan Iskandar Muda. Dari Ibu Laila ini, saya juga baru tahu bahwa makam Sultan Iskandar Muda yang selama ini diyakini sebagai kuburannya Sang Sultan, ternyata hanya sebuah menumen saja. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat keterangan di sekitar makam, terdapat tahun dan tanda peresmiannya.

Ibu Laila Abdul Djalil memberi materi
Ibu yang kemarin datang dengan anaknya ini pun menerangkan, Sultan Iskandar Muda adalah sosok yang bijaksana dan tegas semasa pemerintahannya (1607 - 1636). Sehingga pada masa kekuasaannya tersebut, kesultanan Aceh berada di puncak yang paling gemilang. Aceh makmur, kaya, wilayah yang luas, serta disegani oleh bangsa-bangsa lain.  Bahkan pedagang-pedagang asing yang melintasi perairan Aceh pada masa itu, dipaksa untuk tunduk padanya.
“Dari dulu, Aceh sudah terkenal dengan inflasinya. Ya gara-gara itu, karena semua dipaksa buka lapak dagangannya di sini. Jadi, karena banyak pengunjung, harga pun melambung,” tutur Ibu Laila saat memberi materi.
Sultan Iskandar Muda

Kuta Raja Di Masa Kesultanan Aceh

Setelah puas dengan berbagai sejarah dan kisah tentang Sultan Iskandar Muda, kami beranjak ke komplek Kandang Meuh (Makam Emas). Di komplek pemakaman yang tidak lebih luas dari lapangan tenis ini, terdapat beberapa makam kuno. Seperti yang pernah dipajang oleh ferhatt.com,  pemilik makam tersebut adalah Putra Raja Anak Raja Bangka Hulu, Sultan Alaidin Mahmud Syah, Raja Perempuan Darussalam, dan Tuanku Zainal Abidin.

Komplek Kandang Meuh (Makam Emas)

Hanya sebentar, karena hujan tiba-tiba kembali lebat, kami pun bergegas ke makam keluarga kerajaan di sebelah utara gedung Joeang. Di sana kembali kami temui beberapa makam kuno seperti di Kandang Meuh tadi.  Namun, di sini terdapat beberapa makam dengan postur yang lebih besar dari makam-makam di sekitarnya. Dan yang sedikit unik, kami juga melihat makam yang dilapisi keramik di antara makam-makam kuno lainnya. Agak aneh, ternyata itu makam adalah milik keturunan keluarga kerajaan Aceh juga. Kalau tidak salah, tahun meninggalnya sekitar 1985 di Jakarta. 
Komplek Makam Keluarga Kerjaan

Kemudian, kami kembali ke Rumoh Aceh. Niatnya, ingin melihat keadaan dalam rumah tradisional masyarakat Aceh tersebut. Namun sayang, pintu depan dan belakang rumah sudah digembok oleh petugas museum. Padahal kami sudah membeli tiket seharga Rp 750 (tujuh ratus lima puluh rupiah). Tapi ya itulah, karena sudah telat. Saat itu adalah jam istirahat.
Sebagai ganti, kami masuk ke gedung yang memanjakan pengunjungnya dengan berbagai sejarah berupa foto, lukisan, miniatur dan atribut-atribut kuno lain. Bagitu masuk saja, kami langsung menempelkan mata pada sebuah spesimen anak kerbau berkepala dua. Bukan kami saja, pengunjung lain juga melakukan yang sama. Melirik kiri kanan, lihat-lihat ke belakang mencari seseorang yang bisa menerangkan soal spesimen tersebut. Namun ya itu tadi, karena jam istirahat. Begitu petugasnya datang, malah menyuruh kami keluar. Katanya, sudah tutup.  
Tidak lama, azan zuhur pun berkumandang. Saya beserta rambongan lain pun mengakhiri jelajah budaya minggu 09/06/13 dengan salat berjamaah di surau belakang Pendopo Aceh.


Banda Aceh, 12 Juni 2013

  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. asyeeekkk..
    banyak kali penampakan Doni tiba-tiba..
    dimeriam, di batu nisan juga.
    hahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah saatnya Doni jadi bintang Bang 8-)

      Delete
  2. Replies
    1. OKee, terima kasih sudah mengunjungi...
      (c) :>)

      Delete