Diberi Judul Sapa

By Unknown - 2:29 am

Sedang seru-serunya membaca koran pagi, terlalu banyak berita menarik yang memanjakan mata. Seorang wanita muda tak dikenal datang menyapa. Dari gaya pakaian yang dikenakan, aku menebak usianya masih di bawah 20 tahun. Kemeja kotak-kotak hijau, dengan menenteng tas ransel biru tua. Betisnya terlihat telanjang, sebab ia hanya mengenakan celana pendek selutut. Pesona parasnya pun lumayan manis, cukup membuatku kegalapan salah tingkah.
“Iya, selamat pagi. Ada keperluan apa, ya?” ucapku setelah menyambut sapanya.
“Saya dari majalah kampus, ingin mewawancarai Bapak,”
“Kamu ambil jurusan jurnalistik?”
“Bukan, Pak. Saya dari Fakultas Ekonomi,”
“Saya tidak tanya fakultas, kamu jurusan apa?”
“Akuntansi, Pak,”
“Semester berapa?”
“Tiga,”
“Jadi kenapa kamu wawancarai saya?”
“Disuruh oleh senior saya di majalah kampus,”
“Siapa senior kamu? Majalah kampus apa?”
“Lho? Kok Bapak nanyai saya terus?”
“Kamu kenapa balik tanya?”
“Karena saya bingung, saya mau mewawancarai Bapak, kenapa saya yang sekarang diwawancara?”
Aku memamerkan gigi, ia pun semakin bingung. Sejenak, aku melihat dahinya sudah sedikit basah karena keringat. Ah, siapa suruh berdiri di bawah matahari yang baru terbit. Atau mungkin ia percaya, kalau matahari pagi itu menyehatkan. Ya, aku juga percaya.
“Kamu tidak kepanasan?”
“Lumayan, Pak,”
“Terus kenapa berdiri? Mending kamu duduk,”
“Duduk di mana?”
“Di sini, di samping saya,”
“Memangnya boleh?”
“Boleh dong,”
 “Ntar istri Bapak marah,”
“Nggak, saya belum punya istri,”
“Kenapa tidak menikah?”
“Saya nungguin kamu siap,”
Suasana hening sesaat, aku meraih kopi di meja, lalu menyeruputnya.
“Pak, saya pamit dulu, ya. Selamat pagi,”
“Kenapa? Tidak jadi wawancara?”
“Sudah, Pak, tadi,”
“Kapan?”
Ia tidak menjawab, bayangannya sudah keluar dari halaman rumahku. Selepas hari itu, sejatinya aku sudah lupa dengan kejadian ini. Namun beberapa minggu kemudian, aku tergelak sendiri membaca judul salah satu kolom koran paginya.
‘Kesetiaan Sekejap, bersama: Bapak Nazri’  
(*)
Bandung, 27 Januari 2014
***
BLOG MINGGU INI:
Sembari menunggu azan isya, mendadak facebook menyapa saya dengan satu pemberitahuan baru. Kebetulan tidak saya abaikan, tanpa penasaran juga saya untuk melihatnya. Oh, FLP Aceh menge-tag nama saya di grub. Tidak harus timbul pertanyaan pula dalam hati, sebab saya juga ingin tahu berita atau informasi yang sedang berlangsung di sana. Hehehe, saya tersenyum sendiri, ada foto saya lagi galau lengkap dengan alamat blog kece ini.
Setelah menyaring maksud dan tujuannya, saya sebenarnya tambah bingung. Walaupun tidak luput di dalam hati saya bersyukur dan bangga, sebab saudara saya yang jauh di sana masih mengingat saya. Berkali-kali saya ingin berucap terima kasih, namun saya rasa tidak akan pernah cukup ‘kata-kata’ untuk melunasinya. Saya tahu, FLP Aceh cukup memberi saya dukungan di dekapan keluarganya. Makanya saya sungkan, terlebih-lebih saya sudah tidak bisa menyempatkan diri lagi di Rumcay semenjak pertengahan tahun lalu.
Ya sudahlah, nanti kita bahas tentang saya dan FLP. Sekarang saya hanya ingin meminta pendapat teman-teman tentang metode saya dalam mengarang. Sebab, saya sebenarnya masih sangat bingung untuk menyusun sebuah cerita yang menarik itu bagaimana. Ditambah lagi, saya termasuk anak muda tampan yang fakir ide. Maka sebelum mengarang, saya sering membuat kerangkanya dahulu. Meskipun banyak yang menganggap metode ini memakan banyak waktu, tapi bagi saya ini justru menghematnya.
Pertama, saya langsung memulai paragraf awal tanpa peduli tema apa yang akan saya angkat. Membiarkanya mengalir hingga jemari saya menginjak tombol enter. Nah, setelah itu, tanpa perlu saya komando, susunan huruf pun berjalan dengan sendirinya. Tidak pernah saya pikirkan endingnya, tidak juga saya khawatirkan alur ceritanya. Karena saya baru membuat kerangka, belum membuatnya dalam bentuk cerpen. Dan sungguh, biasanya membuat kerangka seperti di atas tadi hanya meluang waktu sekitar 2-5 menit.  Itu sebabnya, mengapa nama saya banyak nyasar di buku antologi flash fiction (FF). 
Bagaimana menurut teman-teman? 

  • Share:

You Might Also Like

11 komentar

  1. Nggak tau mau komen apa soal menulis. Yang penting menulis terus eeaaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha, emang itu niat dasarnya Kak, yang penting nulis.. :-d

      Delete
  2. Ya zri. Saya juga komentarin post ini selagi melewati zebra cross di depan kantor.. Ups

    ReplyDelete
  3. Ya zri. Saya juga komentarin post ini selagi melewati zebra cross di depan kantor.. Ups

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga balas komen ini sepulang dari kantor.. :-s

      Delete
  4. wah keren kak. patut di contoh cara mennulis kakak. oia kalau boleh tau alamat rumah cahaya sekarang dimana ya???

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau soal nulis jangan contoh ke saya, mending beli buku terbaik yang menurut awak keren, lalu pelajari cara nulis si penulis buku keren itu. kalau ikuti saya, resikonya besar 8-)
      ataupun bisa datang ke Rumcay yang masih belum pindah,
      di jalan tgk chik di pineung IX no.09 kampoeng pineung - Banda Aceh (kode pos nggak tahu)

      Delete
  5. Omen, udah gombal sekarang bang, wkwkwkwk...
    Btw aslan pernah baca satu buku tentang cara menulis yang baik. Di situ malah dibilang kalau kita ingin buat cerpen, kita harus tahu akhirnya gimana. Tapi aneh juga ya, karena kalau novel2 seri begitu kan biasanya memang penulisnya belum pikirin ending ceritanya..

    btw, nice cerpen! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. itulah aslan gak liat orangnya gimana, macem penyanyi dangdut tau.. :>)

      kalo menurut aku, daripada mikirin ending, lebih bagus kita mikirin konfliknya. nah, dikonflik akhir, di situlah endingnya.

      Delete
  6. baca buku yg banyak ajha....
    oh ya bagus kog gaya menulisnya....optimis!

    ReplyDelete