Tegak berdiri
menikmati semesta yang lama diwarisi. Bisa kujaga, meski mata dibutakan rasa
takut yang memuncak. Mungkin karena pernah lupa diri direnggut zaman, atau
pesanan rejeki yang acapkali menjauh. Ruh pernah bernyanyi akan gelap, terang
di lubuk hati merahasiakan tragedi yang terjadi. Sepanjang perjalanan kosong
yang cukup mempekakan telinga. Bisa jadi nafsu yang memegang senyum tua. Aku
sadar, tidak semuanya tulus.
Masih belum
yakin, apakah aku bisa membedakan antara hidup, angkuh, nafsu, munafik, emosi
dan juga ketaqwaan. Cukup sering lidah meninggi, kadang juga aku yang bodoh
untuk bertahan. Langkah-langkah semakin tidak bisa berjalan pada lorong sembah.
Jalan tidak begitu kumengerti saat dihayati. Baru aku mendengar hidayah,
menghapus khilaf, namun kembali dihujan nista. Segala kembali terjadi sebelum
aku menemukan obat. Entah siapa, kapan dan bagaimana aku menuntun lutut yang
meruncing digores aspal.
Ada hari, di
mana aku memejam mata. Tidak ingin melihat, menyasikan tontonan rekan yang
dicoret bait-bait lama. Debu kadang kala tidak mengenal pangkuan sebenarnya,
asap-asap juga belum tentu mengerti tekanan angin yang lebih jauh. Semua bisa
saja berjalan semaunya. Begitu juga sisi redup yang terus saja betah dicerca
gelap hari tanpa surya. Omongan serius, pendengar terbahak menahan tawa.
Seperti iblis yang sedang dibantai oleh ayat-ayat suci.
Luka, sering
kali menjadi tema dalam kegelisahan jiwa yang hantam ketidakmampuan. Entahlah,
terlalu peka telinga mendengar nyanyian mutiara dari dasar lautan. Candu terhadap
rasa yang mengiba terlalu menyulut hati untuk berhenti merenung. Sebaiknya aku
katakan sekali lagi, tidak ada cobaan di luar kemampuan. Semua masih bisa
berjalan hingga sejauh ini. Tidak perlu menjadi pecundang untuk hidup yang
dimulai dan diakhiri oleh jasad hina yang telah dimuliakan akal.
Pengorbanan bisa
saja menjadi ladang dengan buah-buah manis yang siap untuk dipanen. Lebat,
matang dan penuh Barakallah. Karena tidak pernah ada perjuang tanpa
pengorbanan. Barkallah, Allahumma Amin..
Banda
Aceh, 30 Agustus 2013
0 komentar