Ladang Juang

By Unknown - 12:37 am

Tegak berdiri menikmati semesta yang lama diwarisi. Bisa kujaga, meski mata dibutakan rasa takut yang memuncak. Mungkin karena pernah lupa diri direnggut zaman, atau pesanan rejeki yang acapkali menjauh. Ruh pernah bernyanyi akan gelap, terang di lubuk hati merahasiakan tragedi yang terjadi. Sepanjang perjalanan kosong yang cukup mempekakan telinga. Bisa jadi nafsu yang memegang senyum tua. Aku sadar, tidak semuanya tulus.
Masih belum yakin, apakah aku bisa membedakan antara hidup, angkuh, nafsu, munafik, emosi dan juga ketaqwaan. Cukup sering lidah meninggi, kadang juga aku yang bodoh untuk bertahan. Langkah-langkah semakin tidak bisa berjalan pada lorong sembah. Jalan tidak begitu kumengerti saat dihayati. Baru aku mendengar hidayah, menghapus khilaf, namun kembali dihujan nista. Segala kembali terjadi sebelum aku menemukan obat. Entah siapa, kapan dan bagaimana aku menuntun lutut yang meruncing digores aspal.
Ada hari, di mana aku memejam mata. Tidak ingin melihat, menyasikan tontonan rekan yang dicoret bait-bait lama. Debu kadang kala tidak mengenal pangkuan sebenarnya, asap-asap juga belum tentu mengerti tekanan angin yang lebih jauh. Semua bisa saja berjalan semaunya. Begitu juga sisi redup yang terus saja betah dicerca gelap hari tanpa surya. Omongan serius, pendengar terbahak menahan tawa. Seperti iblis yang sedang dibantai oleh ayat-ayat suci.
Luka, sering kali menjadi tema dalam kegelisahan jiwa yang hantam ketidakmampuan. Entahlah, terlalu peka telinga mendengar nyanyian mutiara dari dasar lautan. Candu terhadap rasa yang mengiba terlalu menyulut hati untuk berhenti merenung. Sebaiknya aku katakan sekali lagi, tidak ada cobaan di luar kemampuan. Semua masih bisa berjalan hingga sejauh ini. Tidak perlu menjadi pecundang untuk hidup yang dimulai dan diakhiri oleh jasad hina yang telah dimuliakan akal.
Pengorbanan bisa saja menjadi ladang dengan buah-buah manis yang siap untuk dipanen. Lebat, matang dan penuh Barakallah. Karena tidak pernah ada perjuang tanpa pengorbanan. Barkallah, Allahumma Amin..


Banda Aceh, 30 Agustus 2013

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar