Bimbang, Tidak Sepenuhnya Benci

By Unknown - 7:32 pm

Sepertinya terlalu cengeng saat menangis. Kelihatannya lemah ketika mengalah. Memang terasa pahit dan perih kala mengingat. Manusia, aku juga hanya manusia yang pernah hancur dihempas rasa sakit. Tidak juga lebih baik meski sudah berlalu jauh. Masih berdenyut jiwa yang tak pernah lepas dari bayang-bayang itu. Entah bagaimana aku bisa berkisah, sedang seharusnya ini bisa kubiaskan keindahan hidup.
 Aku terlalu tinggi menerbangkannya di langitan asmara. Awan-awan hitam yang mengelilingi jejak tidak terhirau sedimensi pun. Cukup indah saat matahari memberi cahaya, teramat kunikmati kelipan bintang sebagai penghibur malam. Semilir pun seakan ikut bernyanyi merayakan rasa yang masih berkembang kala itu. Seumpama surga, sebelum surga sebenarnya. Aku bahagia diawal mengenalnya.
Samudera yang dulu aku arungi kini tertawa. Nyiur di tepian pantai tidak henti-hentinya mengejek. Aku hanya bisa menekan rahang, menyipitkan mata, kemudian gelap dan hampa ke mana pun aku menatap. Sangat teramat perih dan sakit untuk satu-satunya hal terburuk yang pernah aku rasa. Aku kecewa.
Senyum yang kukenang menjadi beban. Ukiran wajah yang penuh bahagia, aku tidak lihat kebahagian itu datang dariku sekarang. Persetan dengan kebahagiannya adalah kebahagianku juga. Semakin aku tahu, kian terasa sempit juga ruangku bernafas. Ingin aku habiskan hari di tempat yang jauh. Mesti percikan rasa yang aku katakan benci sebenarnya cinta sederhana pembawa rindu. Sungguh, sedikit banyaknya aku merindukan hari dulu. Saat tawa dan amarah menyatukan hati.
Sekarang, aku tidak bisa ungkapkan yang sebenarnya. Sudah jauh kusimpan rasa sejuk itu. Terlalu khawatirnya aku terhadap yang kemarin. Walaupun yang kita jalani sekarang membuatku seperti serangga yang terjerat jaring laba-laba. Biarlah, biar aku yang meraung cinta bersama jiwa-jiwa gelapku. Nafasku masih bisa mengimbangi langkah ke arah yang pasti. Dan sebenarnya aku tahu, aku inginkan yang sepertimu. Iya, kau. Kau pasti tahu alasannya kan? Tentu.
Maka simpanlah sejenak.. jika takdir, kita pasti akan bertemu di ujung jalan nanti..


Lhokseumawe, 10 Agustus 2013

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar