Sepertinya
terlalu cengeng saat menangis. Kelihatannya lemah ketika mengalah. Memang terasa
pahit dan perih kala mengingat. Manusia, aku juga hanya manusia yang pernah
hancur dihempas rasa sakit. Tidak juga lebih baik meski sudah berlalu jauh. Masih
berdenyut jiwa yang tak pernah lepas dari bayang-bayang itu. Entah bagaimana
aku bisa berkisah, sedang seharusnya ini bisa kubiaskan keindahan hidup.
Aku terlalu tinggi menerbangkannya di langitan
asmara. Awan-awan hitam yang mengelilingi jejak tidak terhirau sedimensi pun. Cukup
indah saat matahari memberi cahaya, teramat kunikmati kelipan bintang sebagai
penghibur malam. Semilir pun seakan ikut bernyanyi merayakan rasa yang masih
berkembang kala itu. Seumpama surga, sebelum surga sebenarnya. Aku bahagia
diawal mengenalnya.
Samudera yang
dulu aku arungi kini tertawa. Nyiur di tepian pantai tidak henti-hentinya
mengejek. Aku hanya bisa menekan rahang, menyipitkan mata, kemudian gelap dan
hampa ke mana pun aku menatap. Sangat teramat perih dan sakit untuk satu-satunya
hal terburuk yang pernah aku rasa. Aku kecewa.
Senyum yang
kukenang menjadi beban. Ukiran wajah yang penuh bahagia, aku tidak lihat
kebahagian itu datang dariku sekarang. Persetan dengan kebahagiannya adalah
kebahagianku juga. Semakin aku tahu, kian terasa sempit juga ruangku bernafas. Ingin
aku habiskan hari di tempat yang jauh. Mesti percikan rasa yang aku katakan
benci sebenarnya cinta sederhana pembawa rindu. Sungguh, sedikit banyaknya aku
merindukan hari dulu. Saat tawa dan amarah menyatukan hati.
Sekarang, aku
tidak bisa ungkapkan yang sebenarnya. Sudah jauh kusimpan rasa sejuk itu. Terlalu
khawatirnya aku terhadap yang kemarin. Walaupun yang kita jalani sekarang membuatku
seperti serangga yang terjerat jaring laba-laba. Biarlah, biar aku yang meraung
cinta bersama jiwa-jiwa gelapku. Nafasku masih bisa mengimbangi langkah ke arah
yang pasti. Dan sebenarnya aku tahu, aku inginkan yang sepertimu. Iya, kau. Kau
pasti tahu alasannya kan? Tentu.
Maka simpanlah
sejenak.. jika takdir, kita pasti akan bertemu di ujung jalan nanti..
Lhokseumawe,
10 Agustus 2013
0 komentar