Sepenggal Kata Kepada Hari

By Unknown - 6:25 pm

Belum juga tercapai satu harapan, meski sudah ribuan kali disentuh kenyataan yang harus berucap syukur. Banyak yang nyalahkan, tidak juga sedikit membenarkan. Saya tidak tertarik, atau belum ada yang pantas untuk diterimakasihkan. Sangat jauh, sungguh tidak dekat dengan yang ingin saya raih. Barangkali ada ia di antara gugusan bintang yang diselimutkan awan. Saya ingin ke sana. Harus dan segera. 
Berawal dari membuka lembaran baru, karena yang lama terlalu banyak kata tidak mungkin. Ya, tidak mungkin dan kurang yakin. Atau belum mampu saya jabarkan. Baik dalam cerpen, apalagi novel. Ataupun opini, artikel, lebih mudah lagi puisi. Oops, ada yang lebih mudah, status facebook. Oh tidak, saya belum pernah menulis status di facebook hingga hari ini. Sudahlah, terlalu panjang saya mengalih. Semua ini juga tidak ada pentingnya saya tulis. Tapi setidaknya, sedikit kalimat untuk mengotori naskah. Benar, naskah kusam yang belum terobati oleh rasa sakit diri sendiri. Tidak ada yang bisa saya tulis.
Punya derita di saat hari yang belum cukup merasa nyaman dicairkan. Sudah beku ia dalam jelmaan setetes senyum di setiap pagi. Meskipun pagi jarang saya bertemu dengannya. Oh pagi, temuilah saya selepas subuh. Agar kita bisa bercanda sebelum waktu makan siang. Eh, sekarang masih ramadhan. Sebaiknya pada pagi 1 Syawal kita harus bertemu. Amin.
Ada gunanya sebait dalam lingkar tempat saya bersandar. Cukup banyak, lebih dari sekadar mengayomi buah yang siap dipanen di kemudian hari. Sangat bersinar ia dari satu sisi yang belum ada sepasang mata pun melirik. Jangan ada yang melihat, karena ia milik generasi sesudah saya. Seperti cara saya menitipkan hari ini pada sepenggal kanvas. Bukan surat, hanya sebuah kata untuk saya membaca.
Sekarang, bolehkah saya tertawa? Karena saya belum masih tahu mau menulis apa. Siapa tahu setelah ini saya mampu mengarang cerita. Kisah-kisah lebih indah dari 'Samurai Jepang Bersarung Rencong Aceh'. Atau lebih misteri dari 'Kopi Pancung Secincin Sumur'. Sekarang saya benar tertawa, karena berhasil membuat dua tajuk judul sekaligus. Iya, 'Samurai Bersarung Rencong' dan 'Kopi Sepancung Cincin Sumur'. Entahlah, ternyata saya masih bingung dengan alurnya. Apalagi dengan postingan ini. Sungguh, saya mulai tidak mengerti. Entah mengapa saya begini.
Tolong! Siapa pun Anda, beri saya jalan untuk menembus penggalan kisah. Baik kisah saya, maupun cerita Anda yang mengantongi tawa. Saya hanya ingin berbahak lepas. Sebelum saya biarkan catatan 'Sepenggal Kata Kepada Hari' ini bertingkah lebih liar lagi.

Lhokseumawe, 3 Agustus 2013

#PenaKamiTidakPuasa

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Maaf Lahir batin ^_^ (sebelum 1 syawal)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaf segala kesalahan saya, lahir dan batin juga :>)

      Delete