Ada apa denganku?

Belum sempat aku merapikan kamar, buku-buku masih berserakan, pakaian menumpuk di balik pintu, kasur bergulung-gulung seprai yang kian kusut. Cukup padat gerak di luar sana, tidak kalah letih setiba kembali. Walaupun bukan pekerja keras, di ruang sepetak yang penuh berkas ini aku juga sempatkan tidur. Tidak ada yang berarti, selain menunggu tanggal enam di setiap bulannya. Sejujurnya, lebih tepatnya aku sudah bosan seperti ini. 
Dulu sebelum semua berlangsung, aku sudah benar-benar cukup menikmati keaktifanku di dalam forum. Berbagai ajang, diskusi, hingga saling berbagi trik dan tips, semua aku jalani dengan penuh semangat. Ada banyak teman, semakin erat dan akrab, kami pun mendekap bagaikan satu ibu. Ya, kami terlihat seperti berkumpul di dalam satu keluarga. Di bawah atap yang selalu kami jaga, semua bergembira, sedih dan kekalutan dirangkul beriringan. Dan sekarang, aku merindukan waktu-waktu itu kembali.
Ada hari aku optimis bukan main. Berlari-lari di taman yang penuh bunga-bunga bahagia, kemudian bersandar di bawah pohon yang teduh, dan meneguk air dari telaga yang sejuk. Tidak ada yang lebih indah yang dapat aku ucapkan selain kenyaman batin, ratapan-ratapan gelisah lenyap ditelan keceriaan. Panggil-panggilan mendadak, berburu waktu untuk cepat sampai, jemput ini, hubungi si itu, sampai mencari-cari alamat saudara yang lain. Ah! Aku terlalu lemah untuk sendiri sekarang! Kenyataan ini juga sudah dari dulu aku khawatirkan, berulangkali pula aku coba membangun sikap optimis kembali. 
Bukan tidak beralasan, mengapa tiba-tiba aku menulis ini. Dalam beberapa pekan terakhir, seakan ada belaian makna dari alam lain. Entah beberapa kali, bahkan bisa aku kenang sempurna di setiap saatnya. Kerena memang rindu atau ada sebab yang lain, aku selalu didatangi mimpi tentang keadaan yang jauh di sana. Bukan sekedar sentuhan untuk aku mengingat yang ditawarkan, bahkan aku dibuat tidak sadar dalam kewarasan. Begini, aku mimpi tentang kegiatan-kegiatan ketika masih di Aceh, begitu terjaga malah aku langsung meraih handphone dan hendak menghubungi salah satu nomor teman FLP di sana.
Hei! Apa-apaan ini?! Akhirnya aku pun sadar yang tadinya hanya mimpi. Bukan hanya sekali, berkali-kali, setiap kali malah. Apakah ini pertanda? Pertanda apa? Entahlah! Jikapun bukan, lalu apa? Tidak! Aku yakin ini ada makna. Entah apa itu, aku juga masih kepikiran sejauh ini. Parahnya lagi, aku merasa ada yang sedikit berubah dengan jiwaku. Oh, apakah aku sudah gila? Terkadang aku menyusun rencana untuk ke Rumcay keesokan hari sebelum tidur. Aneh, padahal posisiku sedang berbaring di dalam kamar yang tak terhirau itu.

Bandung, 05 Febuari 2014 

Posting Komentar

5 Komentar

  1. omen, berarti harus pulang tu bang,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gaya bahasanya kayak gak asing :-s

      kalo udah pulang udah malas balek lagi..

      Hapus
  2. harus pulang kyknya nazri.. hehhee..
    tapi utk apa pulang, disana lbh seru. nikmatin aja dlu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, maka itu dia bang.
      Gak mungkin juga nazri pulang,
      Ini juga udah cukup dinikmati.
      Tapi ya itu tadi, entahlah, bingung sendirinya..

      Hapus
  3. Hahahhaa, galau x waaakkk tulisanmu, Naz. Aq y disini malah pengen prgi, tp emg bgtulah. Y jauh rasanya kangen, y dekat malah jenuh. :D

    BalasHapus