Sepangkas Curhat Lepas

Sekian hari, aku semakin bimbang dengan arah jalan yang kutempuh. Mengawali dengan senyum. Ah! Itu sudah biasa. Apalagi harus membagi-bagi waktu hidup dengan sampah yang terkumpul. Aku mengerti, dan kau juga paham. Letihku tidak memaksa, rasioku jalar di sisi hampa. Siapa kau? Bukan mudah aku menerima kenyataan. 

Banyak hal yang kerapkali menipu, ada juga yang datang lalu pergi. Seakan harapan hanya lukisan di pameran, cukup melihat dan tidak boleh dibawa pulang. Aku, aku sering menyebut ini hamparan dunia. Sebatas sementara, tidak cukup waktu untuk memperbaiki. Apalagi menikmatinya selepas sahur di setiap ramadhan.
Ada hari aku tertawa dengan lepas, pernah juga masa di mana aku menuang air mata. Tidak banyak, hanya sebatas embun pagi. Matahari datang, hati hangat dengan sinarnya. Lalu kembali berlari di bawah sengatnya. Sangat teramat mendalam, kadang aku lupa siapa diriku. Iya, aku hanya hamba Tuhan yang acapkali lalai dengan kewajibanku. Aku mohon, ampunilah dosaku. Aku tahu, Tuhan Maha Mendengar dan Pengampun.
Jalan yang kutempuh lumayan berliku. Menyambut debu, kemudian nyasar di jalan buntu. Oh tidak, aku belum sampai ke tempat itu. Jalan buntu. Aku harus sadar, ini hanya sebuah tikungan tajam. Pasti ada jalan lempang dan lurus di setelah ini. Aku harap, aku sedang menuju jalan cahaya. Jalan yang terang pengantar rindu. Rinduku pada Tuhanku, RasulNya, dan pejuang-pejuang Tauhid yang telah syahid. Rabbi, aku ingin darahku sewangi kasturi. Maka mimpiku terbesarku menjadi syuhadaMu.
Di bawah kolong langit, di atas kerak-kerak yang berbumbu neraka ini. Aku sudah menghirup nafas semenjak ibuku tersenyum pada bayi pertamanya, itu aku. Kecilku di kawasan industri yang cenderung berpikir uang adalah segalanya. Walaupun benar, segalanya membutuhkan uang. Ayah sering lupa bayi pertama yang membuatnya bangga. Ia selalu mengenang putranya, aku, sering bolos sekolah, penghabis banyak uang, bocah paling bandel, serta menjadi pemicu di setiap ada keributan dan masalah. Entahlah, terkadang aku berhobi terlalu ekstrim. Semoga ayah bisa memaafkanku. Sudah, aku sadar, semua adalah salahku.
Kawan, kini aku adalah manusia dewasa. Banyak jalanku yang berawal kebencian. Tentu jelas, kebencian terbesarku kepada zionis. Kawan, banyak langkahku diiringi tangis. Air mataku sering bergelombang akan nasib saudaraku di Gaza, Palestina. Dan sekarang, aku lebih dari biasanya menangis, hatiku teiris luka, jumlah kebiadapan menimpa saudara-saudaraku kian meningkat.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, selamatkanlah saudara-saudaraku di Suriah, Mesir, Rohingya, Afganistan, Irak, Indonesia, Philipina, Aceh dan saudara-saudaraku lainnya yang sedang dijajah. Aku mohon hancurkan kafir-kafir dan tentara salibis yang membantai kami, menipu kami dan menyesatkan kami. Persis, kala Engkau selamatkan Ka’bah BaitullahMu dari kaum musyrikin bergajah. Lindungi kami seperti Engkau melindungi Nabimu Ibrahim dari panasnya api. Tabahkan keimanan kami, layak Engkau menaburkan kesabaran pada RasulMu Aiyub atas ujiannya. Hanya padaMu kami memohon. PadaMu lah tempatku mengadu dan mengeluh.
Sahabat, semunafik apapun yang menatapku. Aku selalu coba untuk memaafkan, meskipun kata terima kasih sering terabaikan.


Banda Aceh, 18 Juli 2013
#PenaKamiTidakPuasa

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Seorang penghuni neraka yang paling nikmat hidupnya di dunia didatangkan pada hari kiamat, lalu dia dicelupkan ke neraka satu kali. Kemudian dia ditanya,

    "Hai Bani Adam, apakah anda pernah melihat satu kebaikan? Apakah anda pernah merasakan satu kenikmatan?"

    Dia menjawab, "Tidak demi Allah, Ya Rabbi."

    Dan seorang penduduk surga yang hidupnya di dunia paling sengsara didatangkan pada hari kiamat, lalu ia dicelupkan satu kali ke surga. kemudian dia ditanya,

    "Hai Bani Adam, apakah anda pernah melihat satu kesusahan? Apakah anda pernah merasakan kesengsaraan?"

    Dia menjawab,"Tidak demi Allah. Saya tidak pernah merasakan kesengsaraan sekalipun, saya tidak melihat kesusahan sekalipun."

    (Diriwayatkan Muslim di shahihnya, Ahmad di Al-Musnad, Ibnu Majah di Sunannya dari Anas)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita mencapai surga, berkumpul dengan para syuhada, terlepaskan rindu pada Rasulullah dan duduk manja dengan bidadari di taman-taman surga.. (b)

      Hapus