Pemanis Sehat di Ritual Kopi Senja

By Unknown - 1:48 am

Menjelang petang, saya dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang spesial dari Aceh. Jadwal yang seharusnya untuk menikmati kopi senja seperti biasa, terpaksa harus saya tunda dan segera bergegas ke Bandara Soekarno-Hatta. Sangat mendadak, hampir saja teman-teman yang sudah dulu tiba di rumah mengamuk. Karena bagi saya, Doni, Adji, dan Wawan, menikmati kopi di sore hari seolah sudah menjadi ritual wajib. 
Setibanya di rumah, mereka semua tampak murung, seakan-akan saya tampil seperti seorang pengkhianat di dalam persahabatan kami. Apalagi Doni, ia dengan terang-terangan menunjukan ketidaksenangannya terhadap Tania. Hampir saja saya kewalahan, bahkan sedikit merasa tidak nyaman di halaman rumah sendiri. Padahal, kedatangan Tania sebelumnya, kami berempat masih biasa-biasa saja, tidak ada yang menjadi persoalan. Mungkin kali ini, saya yang sedikit keterlaluan, membiarkan mereka menunggu di rumah tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Dalam suasana yang terkesan sama-sama tidak bisa memaklumi ini, Tania tahu cara membayar atas kehadirannya yang mengganggu ritual, yang bagi kami sangat penting itu. Gadis manis ini membawakan oleh-oleh kopi Arabica Gayo asli dari Aceh. Saya, Adji, dan Wawan sudah senyum-senyum sendiri, tidak sabar untuk segera mencobanya. Sedangkan Doni, masih tetap murung meskipun kopi tersebut sudah mulai diracik oleh Adji.
“Ah, sudah nggak selera! Kopi gituan pun,” cetus Doni di sela-sela aroma kopi yang mulai memanjakan kami.
Tania masih biasa saja, seolah tidak ada beban dalam bergaul. Meskipun Doni sudah tampak sudah sangat geram semenjak Tania tiba bersama saya tadi. Adji dan Wawan juga biasa saja, setelah saya menjelaskan alasan bahwa Tania yang datangnya secara tiba-tiba. Jadi, saya tidak sempat memberi tahu mereka terlebih dahulu. Ya, ya, kami bertiga bisa memaklumi juga dengan tingkah Doni yang seperti kesambet jin Bali tersebut. Soalnya dulu kita bertiga juga pernah kecewa padanya karena hal yang hampir sama. Doni telat datang, dan ritual kopi kami pun gagal tanpanya.
“Kacau! Mending gua cabut dari tadi!” hardik Doni lagi tatkala Adji sedang menyajikan kami kopi hasil racikannya.
“Eh, tunggu! Ini kopi enaknya dipakein gula aren,” sambung Tania yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan ujuran Doni sebelumnya.
“Hah? Pakai gula? Hahaha!,” kami bertiga tertawa serentak seakan mendengar lelucon penjual garam di bawah siraman hujan lebat.
“Lho, emang kenapa?” tanya Tania heran.
“Kita mau minum kopi, Bu! Bukan makan gula! Ih, ogah banget kalau kopi dipakein gula gitu, mending kita minum air jus tebu  saja sekalian. Bagi kita, diabetes itu seram banget,” sahut Wawan yang belum kelar tawanya.
“Yee, tapi rasain dulu, ini Palm Sugar, bukan sekedar pemanis biasa,” ucap Tania yang membuat kami penasaran dengan lanjutan kata-katanya. “Ini pemanis sehat, Bro! Banyak banget khasiatnya!” lantang Tania yang berusaha asyik sendiri, meskipun kita masih belum merasa tertarik untuk mencoba. Sebab kami sudah terbiasa menikmati kopi tanpa pemanis, apalagi mengingat diabetes yang siaga menghantui.
Dalam keheninggan yang dihanya dihiasi oleh asap harum dari kopi, tiba-tiba Doni membuka suara. Kami sedikit heran ketika melihat tingkah Doni yang mendadak ikut menjelasi tentang gula aren tersebut.
“Heh, Adji! Lo paling tua di antara kita, seharusnya lo minum kopi pakai gula aren. Supaya, lambung lo bisa ikut terjaga, meskipun minum kopi segentong sekalian,” jelas Doni yang membuat suasana semakin akrab.
“Iya, Bang Doni, ini Sugar Palm yang lagi tren sekarang. Belum ada pemanis sehat yang seperti ini. Palingan juga cuma asal sehat, bahannya kimia semua,” sambung Tania membenarkan Doni, seolah mereka tampak semakin akrab.
“Hahaha, kalau Sugar Palm sih, kayaknya nggak. Soalnya istri gua yang paling anti yang namanya bahan kimia juga pakai itu untuk buat kue,”
“Kalau Sugar Palm, saya berani jamin, Bang Doni! Aman, deh, buat apa saja,” tegas Tania dengan semangatnya.
Saya, Adji, dan Wawan, kami merasa seperti pendengar yang bijaksana dalam obrolan mereka berdua. Ya, tanpa harus ikut-ikutan mereka membanggakan Sugar Palm, kita bertiga juga sudah membubuhi kopi dengan Sugar Palm yang katanya pemanis sehat itu. Dan nyatanya, sama sekali tidak mengurangi citra kopi kami yang nikmati di ritual petang ini.




Jakarta, 23 Januari 2014 

  • Share:

You Might Also Like

7 komentar

  1. Plam sugar y? Jadi pengen coba :)





    jejaklakon.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha,
      kabarnya juga Sugar Palm bisa nambahin nafsu makan =p~
      Ayo!! Biasakan diri dengan yang sehat-sehat!!

      Delete
  2. Terima kasih sudah turut menyemarakkan Lomba Blog Peduli Pemanis Sehat

    Artikel sudah tercatat sebagai peserta

    ReplyDelete
  3. Oke oke
    makasi infonya..
    segera ke TKP
    (o)

    ReplyDelete