Pulanglah, Sayang!

By Unknown - 11:00 am

Kemeja baru, dasi merah bermotif garis miring menggagahkanku. Di hadapan cermin, aku tersenyum dengan aroma kopi penyambut pagi. Terasa hari yang cerah, aku akan berangkat ke kantor. Khayalan tidak sepanjang garis bibir lagi, lamunanku masih dalam ratapan nahas tadi malam. Ia pergi tanpa jejak, menghilang bagai asap rokok yang tiada putus semalaman. Ya, semalaman pikiranku mengingatnya, ingatan terindah saat terakhir kali menyentuhnya. Sesal, tak sempat aku memanjanya sebelum dirinya pergi.
“Sayang, kau pasti juga merindukanku, bukan?” desis batin yang masih belum percaya.
Ketika memutar rasio tentang tragedi itu, sepertinya memang masih dalam analisa tadi malam. Aku pulang ke rumah setelah berburu diskon akhir tahun di mall, lalu bercerita panjang lebar bersama Delon temanku dari Aceh. Kemudian rasa bosan meradang, maka aku mengajak Delon ke Alfamart yang berlokasi di seputaran alun-alun kota. Tepatnya pas depan Zodiak Hotel di jalan Asia Afrika, kota Bandung.
Seperti biasa, aku pasti langsung menuju ke mesin pembuat kopi begitu masuk. Kemudian didera bingung, aku mau menikmati minuman apa malam ini. Karena keingat jadwal ke kantor esok pagi, aku memutuskan untuk mencicipi hot chocolate di sini. Kasir Alfamart memang melayani dengan sopan, meskipun aku sedang susah membawa minuman panas di genggaman.  Nahas, seketika keluar langsung disapa Delon.
“Bro, DP udah terganti!” sapanya sambil menunjukan kontak BBM yang mengatasnamakanku di poselnya.
Aku terhentak sambil merogoh saku yang sudah tak kutemukan lagi benda kesayanganku itu. Bertahun-tahun bersamanya, teman paling setia, pendukung karir serta kekasih yang memanjakanku setiap waktu. Bahkan tatkala melepas satu per satu nama perempuan di hati, ia menawarkan ratusan wanita lain yang membuatku bingung memilihnya. Oh, kau tidak akan terganti, wahai pangkuan bosanku!
Aku mengenangmu sepanjang malam tadi. Meskipun sudah berulangkali bertanya pada kasir Alfamart tentang keberadaan dirimu, mereka tak acuh dengan kekalutanku. Sampai berulangkali juga, aku menghubungi nomormu. Awalnya masuk tanpa ada yang menjawab, tak lama kemudian hilang bagai siraman embun desa disapu mentari.
Jauh di Banda Aceh kita bertemu, Lhokseumawe kita bercanda, Medan kita bertarung, Jakarta kita singgah, hingga di Bandung kau pergi tanpa jejak. Malam tak ada lagi terdengar lantuan musikmu, pagi tanpa status baru dari teman-temanku, siang tidak mungkin lagi aku mengukir kisah di lembaran note yang kau sediakan. Aku harus terbiasa, juga mesti bisa berlalu tanpa menggunakan layananmu lagi.
Kenangan ke kenangan, suara demi suara, semua berlalu dalam tiupan angin dari jendela angkot. Aku terus mencari dari satu penjual handphone ke toko ponsel bekas lain, tidak kutemukan juga di sana. Seperti memang sudah saatnya, seakan asa memerintahkanku untuk melepaskanmu bertualang. Sayang, aku tidak menyerah, wahai perekam jejak resah! Dari sentuhan hati kita, kau pasti mendengar pinta relung kesendirianku...
SEGERALAH PULANG, SAYANGKU!

Bandung,  27 Desember 2013


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar