Kemeja baru,
dasi merah bermotif garis miring menggagahkanku. Di hadapan cermin, aku
tersenyum dengan aroma kopi penyambut pagi. Terasa hari yang cerah, aku akan
berangkat ke kantor. Khayalan tidak sepanjang garis bibir lagi, lamunanku masih
dalam ratapan nahas tadi malam. Ia pergi tanpa jejak, menghilang bagai asap
rokok yang tiada putus semalaman. Ya, semalaman pikiranku mengingatnya, ingatan
terindah saat terakhir kali menyentuhnya. Sesal, tak sempat aku memanjanya
sebelum dirinya pergi.
“Sayang, kau pasti
juga merindukanku, bukan?” desis batin yang masih belum percaya.
Ketika memutar
rasio tentang tragedi itu, sepertinya memang masih dalam analisa tadi malam.
Aku pulang ke rumah setelah berburu diskon akhir tahun di mall, lalu bercerita
panjang lebar bersama Delon temanku dari Aceh. Kemudian rasa bosan meradang,
maka aku mengajak Delon ke Alfamart yang berlokasi di seputaran alun-alun kota.
Tepatnya pas depan Zodiak Hotel di jalan Asia Afrika, kota Bandung.
Seperti biasa,
aku pasti langsung menuju ke mesin pembuat kopi begitu masuk. Kemudian didera
bingung, aku mau menikmati minuman apa malam ini. Karena keingat jadwal ke
kantor esok pagi, aku memutuskan untuk mencicipi hot chocolate di sini. Kasir
Alfamart memang melayani dengan sopan, meskipun aku sedang susah membawa
minuman panas di genggaman. Nahas,
seketika keluar langsung disapa Delon.
“Bro, DP udah
terganti!” sapanya sambil menunjukan kontak BBM yang mengatasnamakanku di
poselnya.
Aku terhentak
sambil merogoh saku yang sudah tak kutemukan lagi benda kesayanganku itu.
Bertahun-tahun bersamanya, teman paling setia, pendukung karir serta kekasih
yang memanjakanku setiap waktu. Bahkan tatkala melepas satu per satu nama
perempuan di hati, ia menawarkan ratusan wanita lain yang membuatku bingung memilihnya.
Oh, kau tidak akan terganti, wahai pangkuan bosanku!
Aku mengenangmu
sepanjang malam tadi. Meskipun sudah berulangkali bertanya pada kasir Alfamart
tentang keberadaan dirimu, mereka tak acuh dengan kekalutanku. Sampai
berulangkali juga, aku menghubungi nomormu. Awalnya masuk tanpa ada yang
menjawab, tak lama kemudian hilang bagai siraman embun desa disapu mentari.
Jauh di Banda
Aceh kita bertemu, Lhokseumawe kita bercanda, Medan kita bertarung, Jakarta
kita singgah, hingga di Bandung kau pergi tanpa jejak. Malam tak ada lagi terdengar
lantuan musikmu, pagi tanpa status baru dari teman-temanku, siang tidak mungkin
lagi aku mengukir kisah di lembaran note yang kau sediakan. Aku harus terbiasa,
juga mesti bisa berlalu tanpa menggunakan layananmu lagi.
Kenangan ke
kenangan, suara demi suara, semua berlalu dalam tiupan angin dari jendela
angkot. Aku terus mencari dari satu penjual handphone ke toko ponsel bekas
lain, tidak kutemukan juga di sana. Seperti memang sudah saatnya, seakan asa
memerintahkanku untuk melepaskanmu bertualang. Sayang, aku tidak menyerah,
wahai perekam jejak resah! Dari sentuhan hati kita, kau pasti mendengar pinta relung
kesendirianku...
SEGERALAH
PULANG, SAYANGKU!
Bandung, 27 Desember 2013
0 komentar