Jakarta Banjir, Ibu Kota Tidak Tenggelam

By Unknown - 9:47 am


Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta, tinggi air Sungai Pesanggrahan pada pukul 18.30 telah mencapai 225 cm, atau berstatus Siaga 3. Cuaca yang terus gerimis membuat debit air sungai yang melintasi sejumlah wilayah Jakarta Selatan dan Barat itu meningkat.
Di Kedoya Selatan terdapat dua wilayah rukun warga yakni RW 02 dan RW 05 yang merupakan daerah langganan banjir. Sedangkan di Kedoya Utara ada satu wilayah rukun warga, yakni RW 08 yang juga berpotensi serupa. Tempo, Jum’at (15/11)
Lagi-lagi Ibu Kota diancam bencana musiman, langganan banjir selalu saja menjadi berita utama sepanjang musim hujan di setiap tahunnya. Apa yang menjadi penyebabnya? Air sungai meluap ke pemungkiman warga. Kenapa air sungai bisa meluap? Semua dari kita juga pernah menjawab pertanyaan ini ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Lantas, mengapa belum ada yang bisa menghentikan banjir di Jakarta?
Proyek penanggulangan banjir Jakarta telah diupayakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta Kementerian Pekerjaan Umum, Puslitbang Sumber Daya Air, seperti pemasangan papan identitas sungai, penambahan pintu air dan penggerukan endapan lumpur di sungai. Hal tersebut diupayakan demi memperlancar aliran sungai ke laut, sehingga mengurangi ketinggian air di wilayah rawan banjir. Namun, penanggulangan seperti itu tidak akan berkelanjutan seiring debit air sungai yang semakin bertambah. Maka, perlu diterapkan sistem pengendalian banjir dengan teknologi yang berinovasi.
Teknologi Puslitbang Sumber Daya Air
Secara teknis, Pemerintah DKI Jakarta tidak mungkin membebaskan banjir dari kota walaupun segala upaya struktur dan nonstruktur ditempuh. Maksimal yang bisa dicapai hanyalah sebatas mengendalikan banjir. Mengingat permasalahan itu, Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Litbang Sumber Daya Air memberikan solusi mengendalikan banjir yang melanda. Produk yang telah digarap Puslitbang, salah satunya adalah sistem peringatan dini banjir debris

Sistem peringatan dini banjir debris menerapkan sistem informasi yang akan diterima bila debit melampaui batas maksimum. Peran masyarakat juga penting dalam mengoperasikan alat yang berada pada bibir sungai di beberapa titik lokasi. Produk ini sendiri telah dipresentasikan sejak tahun 2008 di Sulawesi tepat di hadapan stakeholder jajaran Pemerintah Kabupaten Gowa.
Kelebihan dari sistem pengendali banjir ini akan berdampak langsung bagi desa-desa yang rawan akan banjir. Selain itu keterlibatan masyarakat yang ikut mengoperasikan alat juga menjalin kerja sama antara warga desa dan Puslitbang Sumber Daya Air. Sebaliknya, terdapat kelemahan dari sistem ini, yaitu butuh keterampilan khusus dari masyarakat yang berperan mengoperasikan alat.

Teknologi Flood Early Warning System (FEWS) : Sumber
Secara dramatis, wilayah DKI Jakarta secara alami dilintasi 13 aliran sungai dengan 10 muara. Sepuluh muara sungai di Teluk Jakarta berada pada posisi lebih rendah daripada elevasi pasang surut air laut. wilayah tersebut merupakan rawan tergenang air pada musim hujan ataupun saat pasang laut tinggi. Misalnya pada tanggul yang masih dalam tahap renovasi di Muara Baru, Jakarta Utara, meluap, hingga air laut merangsek ke daratan.
 
Beberapa waktu lalu, Puslitbang berperan menjalin kerja sama dengan pemerintah Belanda dalam mengintegrasikan teknologi Flood Forecasting and Warning System (FFWS). Dengan Sistem FFWS, output dari teknologi ini berupa running Wflow model, perhitungan presipitasi, dan menghubungkan data prakiraan curah hujan musiman. Produk ini nantinya bekerja dengan menggunakan satelit untuk memberikan sinyalemen terjadinya peningkatan debit air pada ruang kota. 
Kemudian, Puslitbang juga mencanangkan penerapan produk yang sedang dipersiapkan. Hal tersebut didukung oleh terjalinnya kerja sama dengan pemerintah Belanda. Demi memangkas waktu bertahannya kuantitas air pada suatu lahan, terdapat produk unggulan Puslitbang yang yang disebut dengan Polder System. Sistem Polder ini mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat dan naiknya  muka air laut (ROB). 
Teknik Polder : Sumber
Di seluruh wilayah kota harus disediakan saluran air yang bisa menyalurkan air permukaan yang berlebih. Saluran – saluran air itu terhubung dan air akan diangkat ke tempat pengiriman akhir dengan pompa. Jadi ketika hujan turun bisa segera diantisipasi dengan membawa air menuju daerah hilir. Sistem ini tidak hanya dipakai untuk daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa cekungan, Daerah yang menjadi lahan perumahan elite pun bahkan sudah mempraktekkannya. Kenapa? Agar menambah nilai jual investasi dari persepsi Free From Flood (F3)
Kekurangan dari produk ini hanyalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Di Indonesia belum tersedia standar biaya investasi dan operasionalnya. Sebagai gambaran biaya investasi untuk Polder Banger yang akan diterapkan di kota Semarang sebesar  Rp.72,5 milyar.
Mengingat perkembangan dan Kepemerintahan DKI Jakarta yang masih harus dibenah, diharapkan Kementerian Pekerjaan Umum Puslitbang, khususnya KPP Sumber Daya Air dapat mendukungnya secara sinergi demi kesejahteraan warga Jakarta. Dan dengan adanya produk inovatif ini, maka mestimulasikan produk-produk lainnya, baik dari Kemeterian Pekerjaan Umum maupun Kementerian lainnya.

Jakarta, 17 November 2013 
Dalam rangka sayembara "IPTEK, Jalan Keluar Permasalahan Bidang Pekerjaan Umum"

Berita Tempo 
Berita Kompas

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar