Ada saat di mana kau berhenti mencari,
bukan karena telah menemukan,
tetapi karena kau akhirnya lelah menanyakan arah kepada angin.
Kau duduk dalam diam,
dan di tengah diam itu,
kau mendengar suara yang tak pernah benar-benar pergi—
suara lembut yang berbisik dari dalam dadamu sendiri:
"Aku di sini, sejak dulu."
Selama ini, kau mengira ketenangan itu ada di luar sana:
di antara orang-orang, di antara doa, di antara pelukan.
Namun ternyata, ia bersembunyi di balik napasmu sendiri,
di antara detik yang tak pernah kau perhatikan,
di sela-sela sunyi yang sering kau hindari.
Kau pun menatap cermin bukan lagi untuk melihat wajah,
melainkan untuk menatap mata seseorang yang lama kau abaikan.
Dan di sanalah,
kau akhirnya bertemu—
bukan dengan Tuhan, bukan dengan dunia,
tapi dengan dirimu yang paling jujur.
Kau tak lagi berlari.
Kau hanya duduk dan tersenyum kecil,
seolah seluruh semesta berputar pelan di dalam dada,
membisikkan satu kebenaran yang sederhana:
bahwa pulang bukan berarti kembali,
tetapi berhenti menjauh dari diri sendiri.
Trilogi Kesunyian II
10.2025
0 Komentar