Seumpama ini
dusta, harus aku cari ke mana liang tempat bersembunyi. Banyak yang sudah tahu,
tentang kepahitan yang meraja di bawah cakrawala. Timbul perasaan curiga, entah
siapa yang berharap dimangsa. Bukan untuk dipuji, kekosongan yang bernyawa
sebenarnya nyata ada. Tanpa juga kau saksikan, jutaan syiar yang dimakan
sandiwara palsu. Perdamaian dihabisi gelap, tatkala pagi tidak sampai dipuja
mentari. Dan akhirnya wajar, tatkala sang fajar meniup terompet jawaban. Punah!
Menikmati
kunci dari ruang kekosongan yang belum terungkap. Masih misteri katanya. Kalian
percaya? Banyak yang mati dihabisi rasa sakit hati. Tidak ada yang mekar
sebelum batas yang dijanjikan. Seolah sirna, seiring janji-janji buta penikmat
rindu. Hanya kehampaan, tentang kezaliman, rebah disahut angin-angin pembawa
kabar kematian. Dari jauh dirangkul, harapan itu melambung bersama isi yang
perih di dasar lambung. Cukup sepintas, tangis dan jerit disajikan pemulung
berantai miskin. Tidak ada harta yang bisa dinikmati. Selain buah ranum bersama hidangan cerca sang fajar.
Sebelum pagi
membutakan nafas yang dinyanyikan serigala lapar. Tikus-tikus kanal tidak
peduli berita yang mengintai. Cukup tangguh, saat rajawali memburu anak luwak di
selokan sampah. Percuma mengeluh, tidak ada yang dihabisi nafsu. Tertahan dalam
relung, dinanti yang tertinggal. Seperti pernah mengemis lidah tentang
kebijaksanaan. Dalam persamaan harapan bisa menikmati paha ayam dan telur asin
dari luar negeri. Ah, aroma terasi tetap mengibah setiap sisi jasad. Kau tahu? Ada pagi
setelah senja. Ya, mereka yang menikmati sengat malam dengan semangat batin.
Perisai yang
bersembunyi belum menampakan tanduk tajam. Masih bersemanyam di balik langkah
nihil. Sama seperti yang lama, hari belum juga tercapai yang kian membisu. Suara-suara riuh teriakan penyambut pasar, semoga setelah senja ada yang baru terbuka. Yakinlah
bergembira. Wahai fajar, kabarkan salamku pada rotasi yang
menghadiahkan pagi dengan mentari.. dan selamat meraung, kau pecundang!
Bandung,
28 Febuari 2014
5 komentar
Bahasanya tingkat tinggi banget :D
ReplyDeleteKetinggian, takutnya malah jatuh pula. @-)
DeleteKeren :-)
ReplyDeleteKeren :-)
ReplyDeleteiyakah? :d
Delete