Dari
alam gelap itu, aku mulai menemukan cahaya. Sangat indah, membuat lidah berucap
melawan kebisuan. Jiwa yang terbaring lemah, seakan cukup menikmati jalan ke
hilir. Baru sekali dalam setahun terakhir, rindu ini muncul di waktu dini hari.
Ah, aku harap, ada mukjizat baik yang menyatukan pecahan ini kembali. Walaupun
memang tidak akan pernah utuh seperti dulu, tapi mendadak aku sangat
inginkannya.
Dari
banyaknya yang rangkain perih, belum dikalahkan bahagia yang pernah aku capai.
Di bawah purnama malam itu, kita bersanding mengikat mimpi. Sungguh indah,
belum mampu aku mengukirnya dalam narasi. Beberapa minggu ke belakang sempat
terlintas, tapi tidak separah sekarang. Ia begitu nyata, seperti aku katakan
tadi, berucap lidah dalam kebisuan. Berteriak malah, hingga alam pun menyahutnya.
Seperti
apa yang telah terjadi, dari cahaya itu seakan menunjukan. Aku dibuai dengan
keindahan. Semua cerita berubah. Sangat berbeda. Nahasnya, aku justru suka
dengan renungan seperti ini. Seakan lembaran itu tidak pernah ada. Hanya
keindahan yang kita punya. Salahkah? Egokah? Entahlah, kali ini aku benar-benar
rasakan rindu. Aku mencintaimu pangguan bulan.
Bandung, 14 Febuari 2014
2 komentar
nice. :)
ReplyDelete:-s
Delete