Bersahabat dengan Anak

Sikap merupakan hal yang jauh lebih penting daripada ilmu. Juga di sekolah, seorang guru tidak akan mampu menurunkan ilmunya dengan baik bila siswa tidak dibekali sikap yang baik pula. Hal ini tentu saja menjadi tanggung jawab kita, baik di rumah, lingkungan, hingga di sekolah. Karena sikap dari seorang anak sangat berpengaruh terhadap tiga tempat tersebut, terutama di lingkungan. Ini sangat mengkhawatirkan kita, jauh dari jangkauan orang tua dan guru, seorang anak bisa saja terjerumus ke lingkungan yang buruk.
Untuk mengantisipasi, ada beberapa hal yang saya dapat dari pengalaman saya sebagai seorang anak yang keluar masuk lingkungan baru. Mungkin akan saya lebih cenderung mewakili seorang anak, dan juga peran Anda yang ingin mendidik anak-anak. Ada banyak hal, yang selama ini tidak didapat oleh seorang anak di sekolah atau di rumah. Biasa mereka lebih cenderung menemukannya di luar dua tempat tersebut, atau hanya di lingkungan. Alangkah bahagianya seorang anak, jika menemukan kegemarannya di luar sana, tapi akan menjadi mimpi buruk karena di sekolah dan rumah melarang hal tersebut. 
Adapun yang saya maksud ‘kegemaran’ adalah tingkah kebebasan seorang anak melakukan apa saja yang tidak didapatnya di rumah, apalagi di sekolah. Misalnya memanjat pagar, berlari sambil teriak-teriak, menangkap ikan di got, coret-coret dinding, bahkan berkelahi dengan anak seusianya. Bukan kelainan, ini adalah tingkah ‘wajar’ yang harus dimiliki oleh seorang anak. Tentu saja Anda mengerti, semua kelakuan itu pasti ada tempatnya agar menjadi ‘wajar’. Saya yakin, jika pada tempatnya, semua kelakuan itu akan menjadi kunci kehidupan bagi anak itu sendiri. Tentu harus dibentengi akhlak dan adab yang baik dalam menjalaninya.
Begini maksud saya, kenapa ada anak yang suka mengambil barang teman-temannya? Mengapa ada anak yang suka memukuli teman-temannya? Mengapa ada anak yang suka merusak barang-barang bagus? Mengapa banyak anak yang membenci guru mereka? Mengapa banyak anak yang lebih memilih bermain daripada belajar? Mengapa banyak anak yang tampak bodoh dengan mata pelajaran yang mengunakan rumus-rumus seperti matematika, fisika, kimia, bahasa Inggris atau lainnya? Mengapa banyak anak yang merasa cukup dewasa mengatasi masalahnya?
Sebagai guru dan orang tua, adakah Anda memikirkan tentang alasan anak-anak itu melakukan itu semua? Bukan malas, penyakit, apalagi bodoh. Anak-anak itu butuh pembimbing menuju semua tempat yang mereka suka. Anak-anak itu butuh kebebasan dalam melakukan sesuatu, karena mereka merasa dirinya sudah mampu melakukan semua itu. Dan juga keingintahuan mereka terhadap hal-hal baru. Pekerjaan Anda adalah memberi bekal, kepercayaan, bersahabat, dan bukan sekedar mengawasi. Sampai kapan kita bisa mengawasi anak-anak yang punya caranya sendiri yang tidak kita mengerti.
Jawaban saya untuk mendidik mereka adalah dengan akhlak. Sikap akan membawa mereka ke tempat yang pantas untuk memenuhi keinginan mereka. Maksud saya bukan memanjakannya, tapi mengambil posisi kita sebagai orang tua, kemudian menjadi sahabatnya. Tidak mudah, dan akan berdampak lemah jika tanpa diiringi ahklak. Ada sikap yang harus kita jaga sebagai orang tua maupun pendidik. Saya rasa, Anda cukup dewasa sebagai orang tua, dengan sejuta pengalaman, Anda pasti paham betul tentang persahabatan.
Saksikanlah, bagaimana anak-anak Anda tersenyum bersama cita-citanya di hadapan kebebasannya. Dan ikutlah menangis bersamanya, ketika ia menghadapi mata pelajaran yang membuatnya lemah, berontak, dan nakal. Karena anak-anak Anda tidak menemukan kebaikan di dalam pemaksaan, meskipun itu perlu demi masa depannya. Tapi percaya padanya, itu lebih dibutuhkan bagi anak-anak yang bisa menghargai lingkungannya.

Di sekolah
Pertama, sisihkan kesibukan Anda dengan membawa anak-anak Anda ke nuansa yang digemarinya. Misal, anak-anak gemar bermain pedang, tunjukanlah gambaran tentang pedang di dalam pelajaran yang Anda ajarkan. Sebaiknya Anda juga pelajari lebih dahulu tentang kegemarannya tersebut. Dengan bertanya, atau membahas langsung bersamanya.
Seseorang berkata pada saya, “Ketika kau melihat seorang budak yang sedang tidur. Jangan bangunkan dia, barangkali ia sedang bermimpi tentang kebebasan,” lalu saya pun berkata padanya, “Jika kau melihat seorang budak yang sedang tidur. Bangunkanlah dia, lalu ajaklah dia berbicara tentang kebebasan,”
Kedua, hindari kebosanannya dengan apa yang Anda ajarkan. Cara yang paling ampuh memang mengakhiri pelajaran, tapi ada sikap lain yang lebih membantu. Misalnya Anda sedang memberi pelajaran matematika yang dibencinya. Anda bisa membawa hitung-hitungan dengan membuat rumus sendiri. Gunakan kegemarannya sebagai senjata, bawa anak tersebut masuk ke perangkap Anda. Kemudian, tinggal kembangkan sikap Anda sebagai sahabatnya. Bercanda, bergurau dan buatlah hal yang menyenangkan. Langkah terakhir, semangat Anda menentukan keberhasilan Anda dalam mendidik.

Di luar sekolah
Sebagaimana yang pernah saya dapat dari sebuah buku, tentang seberapa pentingnya pendidikan di luar sekolah. Tanpa sekolah, anak-anak tetap bisa meraih pendidikan lain, bahkan hampir seluruh orang-orang kaya ternama di dunia adalah mereka yang sukses tanpa  gelar sekolah. Maka pada suatu hari, saya pun percaya, bahwa, “Pendidikan memang penting, tetapi sekolah tidak penting. Jika kau merasa tidak nyaman dengan sekolah, segera tinggalkan dan cari pendidikan di luar sekolah.”
Giring anak-anak Anda ke tempat yang disukainya. Hindari kekecewaannya, karena itu akan membuatnya memberontak. Suatu hari, ia memang tidak menyalahkan Anda yang gagal membawanya, tetapi Anda yang akan merasa sesal karena Anda sudah salah menaruhnya di sekolah. Anda tentu punya sikap yang lebih hebat untuk mendidik, daripada sikapnya dalam menerima didikan. Hal itulah yang bisa menjadikan anak-anak Anda disindrom malas, nakal dan tidak patuh di sekolah.
Sebuah kewajaran Anda bersikap tegas pada mereka, tapi cara terbaik untuk mendidik anak-anak bukan dengan memaksanya. Justru sebaliknya, Anda harus memaksa ego Anda agar tidak merusak masa-masa menyenangkan mereka. Bawa mereka ke tempat-tempat pendidikan di luar sekolah. Tunjukan sikap Anda dalam bersosial, juga ajaklah mereka ikut di dalamnya. Cara menghindari lingkungan buruk yang berefek buruk pada anak Anda, ikutlah bersamanya menelusuri tempat-tempat tersebut. Sekali lagi, semangat Anda menentukan kesuksesan Anda dalam mendidik. 



Bandung, 13 Januari 2014

Tulisan ini diikutisertakan dalam kontes 'Mendidik dengan Akhlak' by Sekolah Akhlak dan Guru Berakhlak 

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Balasan
    1. Beda kelaslah, aslan seharusnya ikut lomba ini: http://lomenulis.com/post/73606872365/lomba-menulis-novel-inspiratif-juara-1-10jt-royalti :d

      Hapus