Kembalikan Asap Molotov.!!

By Unknown - 8:35 pm

Jum’at, 10 Mei 2013
Langit di atas kota Banda Aceh kelabu tua. Mendung menyelimutinya. Hujan turun rintik-rintik. Air yang jatuh dari atas langit bagaikan jutaan jarum lembut. Membasahi atap rumah, dedaunan, lalu mengalir di sepanjang jalan menuju selokan dan kanal-kanal yang baru digali oleh para pekerja dari pulau Jawa.  Dan Kuta Raja basah. Dinginnya menggigit tubuh kecilku. Hembusan angin berdesir di rambut yang lembut karena selalu memakai molto.


Halah, lebay!  Cukup! 
Aku hanya ingin menulis, tentang narasi patahan puisi-puisi jiwa berdarah yang telah membalut tatap-tatap mata yang penuh luka dan gelisah.  Tentang kita dalam cerita perlawanan. Baik tentang cinta dan hidup yang terampas, kepercayaan yang terkhianati, mengenai kebohongan yang coba kita patahkan, ataupun hakekat kesyukuran yang paling mendalam. Dari debu-debu trotoar yang akan mengantarkan kita kembali ke pangkuan sebenarnya.
Asli, sok puitisi ngigau bin ngawur! Sudahlah, biasa aja.. (bukan itu! Ini tentang hak Asap Molotov yang telah dicuri paksa!)
Di sela-sela hujan deras yang mengguyur kota di ujung Sumatra ini, aku merasa seperti sedang  menjalani masa tahanan di dalam rutan Jantho. Jiwaku mulai berontak dengan mengipaskan sayapnya. Namun hujan semakin deras mengolokku. Terpaksa aku menghibur diri dengan manatap jalan yang basah dari jendela. Lalu berharap ada Lamborghini Veneno yang menjemputku. 
Namun sudah hampir meluap air di kolam ikan, belum juga ada tanda-tanda Lamborghini Veneno yang akan muncul. Maka kuraih Blackberry kesayanganku untuk meng-unfollow twitter @SBYudhoyono karena kesal. Nahas, di sudut layar tertulis SOS. Idiotphone! Fakir sinyal! Hampir saja aku memasukannya ke kandang  si Rambo (nama ikan cupang peliharaanku). Untung saja setelah diancam, si Blackberry menujukan kejeniusannya. Mungkin karena ia tersinggung ketika aku mengatakannya idiot.
Lampu kecil berkedip merah memberi isyarat ada email masuk. Awalnya aku mengabaikan teguran itu, tetapi karena email yang masuk ada tiga. Maka aku pun membukanya dengan berat hati. Email yang pertama dari salah satu panitia lomba yang sedang aku ikuti. Katanya, aku harus membuat catatan di FB dan mengetag  beberapa temanku. Aku pun protes, ini lomba untuk penulis atau sales promotion? Ia membalas, itu memang syaratnya sebagai sosialitas. Halah, aku mengabaikannya.
Email ke dua dari temanku yang juga panitia lomba menulis. Kebetulan, aku salah satu juri tahap pertamanya. Katanya, antologi dari lomba tersebut sudah selesai dicetak. Ia pun menujukan cover bukunya dengan penuh bangga. Oh,  aku langsung berunjuk rasa sambil berdiri memegang toa dengan ikatan kain kafan di kepala. Iya, bagaimana tidak? Gambar covernya hampir seukuran favicon free download. Jangankan untuk melihat kode ISBNnya, sekali zoom saja gambarnya sudah seperti cacing balok di mainan tamagotchi.  Kemudian ia pun berjanji akan mengirimnya via inbox FB sebentar lagi.
Nah, email ke tiga yang membuatku menelan ludah. Pengirimnya bernama Blogger, perusahaan penyedia tempat untuk para manusia kreatif dan aktif mencari lapak mengaung. Pak Blogger mengatakan bahwa salah satu lapakku untuk berkoar sudah dispam. Aku pun bingung harus membalasnya  bagaimana. Soalnya si Bapak mengunakan bahasa sihir. Terpaksa aku harus menghubungi Harry Potter untuk meminta matra permohonan.


Demi menyelamatkan singgasana yang kuberi nama Asap Molotov, aku pun segera bergegas mencari sinyal Wifi dengan menempuh cuaca yang ekstrim.  Jarum-jarum yang jatuh dari langit berubah menjadi anak panah  tentara Romawi di perang salib. Pandanganku ke jalan pun semakin terganggu dengan kabut yang mirip gas air mata. Padahal aku sudah meminjam topeng Iron Man sebelum berangkat, tapi kabut dengan manjanya marayuku untuk membuang topeng tersebut ke pasar ikan Peunayong.
Setelah sekian lama berjuang yang hampir seumur kota Tokyo. Aku sukses memarkirkan motor di depan warkop langgananku, Pak Nek Kupi. Hal pertama yang aku lakukan adalah berjalan secepat mungkin menghidari hujan. Walah, padahal dari tadi sudah basah seperti disiram air satu tanki truk Pertamina selama tiga hari.
Aku membuka dasbor blogger dengan serius, apalagi setelah mengabsen blogku satu per satu. Wah, ternyata benar, Asap Molotov hilang karena dispam. Maka aku membuka kembali email dan menanyai matra pada Harry Potter. Dengan penuh kekhusyukan aku mengikuti ritual dan mencatat setiap matra yang diucapnya.
“Wahai, langit dan bumi. Blogspot, mozilla, jombla dan wordpress. Nurkalis Majid, Gusdur hingga Ulil Absar!  @#@%$#&*..” Harry Potter komat kamit mengucap mantra.
Aku mulai ragu dengan kemampuannya, apalagi setelah mendengar beberapa nama yang disebut. Maka aku pun langsung menjambak-jambak rambutnya dan menghantam kepalanya ke tembok. Lalu aku mengusirnya dari warkop. Tidak sampai di situ saja, aku juga keluar dan mematahkan sapu terbangnya di bawah hujan yang semakin deras.
“Dasar ubur-ubur liberal! Setan! Pergi kau dari bumi ini!” teriakku yang membuat hujan semakin bersemangat membasahi tanah.
Ia pun berlari dengan kalang kabut karena melihatku yang semakin emosi. Aku yang sudah seperti kesambet arwah bom Bali pun melemparinya dengan patahan sapu terbang. Di saat Harry Potter mengelak, sebuah gulungan kertas kusam jatuh dari sakunya. Lalu aku mengambil kertas tersebut setelah ia kocar kacir dan menghilang entah ke rimba mana.
Dengan penuh penasaran yang menyelimuti jiwa. Aku membuka gulungan itu secara perlahan. Namun, seperti membutuhkan mantra khusus untuk membukanya. Hampir putus asa aku dibuatnya saat membuka gulungan itu, hingga membanting-banting ke lantai. Untung saja Po si Kungfu Panda datang sembari menepuk bahuku.
“Bang, gulungan itu hanya akan terbuka dengan cara naik ke atas meja dan berteriak keras,”
Aku mengangguk, walaupun sempat ragu juga. Jangan-jangan Po adalah jemalan Ulil Absar. Tapi aku tidak melihat ada taduk iblis di kepalanya. Aku pun naik ke atas meja sambil berteriak nyaring.
“Gulungan bukalah!”
Ziiieep! Ting.. ting... huiizzzzs..
Angin tiba-tiba datang seolah diundang, bingkai-bingkai lukisan pun seakan menampar-nampar dinding. Lampu berkedip-kedip seperti minta diisi token baru. Ciyaauu! Cahaya menutupi pandanganku, semua terlihat putih mirip api di bengkel las. Dan gulungannya pun terbuka..  tertulis dengan pancaran sinar yang terang.. tueng!
GOOGLE
Ya, ya. Kini aku tahu apa yang harus kulakukan. Membuka google translation untuk menerjemahkan mantra-mantra. Setelah google kubuka, ia berbisik beberapa trik untuk mengembalikan Asap Molotov kembali ke pangkuanku. Aku pun mengikuti langkah-langkah itu. Dan hasilnya............. tunggu selama 2 hari untuk proses kerja. Dasar ubur-ubur! Spamnya hanya sekedip, kena benerinnya sampe 2 hari. Nahas!
***
00.14 wib
Banda Aceh, 11 Mei 2013

  • Share:

You Might Also Like

6 komentar