Jerit Mahasiswa : Intimidasi Dan Zalim 'Alien Devil'

By Unknown - 8:37 pm

Intimidasi Dan Zalim 'Alien Devil'

Pernah ada hari, di mana aku mengaplikasikan hidupku sebagai mahasiswa. Ya, mahasiswa jurusan manajemen informatika dan ilmu komputer untuk saat ini. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk  menjadi mahasiswa yang baik, tetapi keseriusanku acapkali diabaikan. Dosen mata kuliah promograman II, namanya Alvixx entah Elvixx atau “DEVIL’’xx!. Lidahku mendadak ingin muntah menyebut namanya. Di akhir nama ada title ST. Aku yakin kepanjangannya “Setan Terkutuk”. 
Hampir setiap semester aku bertemu dengannya, dan selalu saja ia mengganggapku anak pedamalan Amazon yang sama sekali tidak mengerti komputer. Sial! Aku sudah mengenal komputer jauh sebelum aku tahu apa itu asbak, begok!
“Bu, ini keyboardnya tiba-tiba tidak berfungsi. Bagaimana? Apa saya boleh memakai laptop? “ keluhku pada suatu hari di Lab Komputer.
“Masa nggak bisa? Kamu tu yang nggak ngerti komputer,” jawabnya santai, tapi dengan nada meremehkan.
Saat itu aku masih diberikan oleh Tuhan, kesabaran yang extra. Jadi, aku tidak sempat mematahkan itu keyboard ke mukanya. Namun sayang, kesabaran extraku untuk diam masih dianggap sepele olehnya. Dan aku pun protes.
“Bu, silahkan Ibu cek sendiri. Dari tadi sudah saya coba benerin, tapi tetap saja nggak bisa,” kataku sambil merestart komputer untuk kesekian kalianya.
“Mana, mana?” ia datang ke arahku.
“Bentar, ini lagi saya restart Bu,”
Tidak lama, komputer pun menyala kembali.
“Masukan id sama paswordnya!” perintahnya ngerasa paling mahir.
“Woi Begok! Dari tadi aku bilang, keyboardnya yang rusak! Mau diketik pake apa? Mau aku tamparkan juga pake papan bunga,” kesalku dalam hati.
Kejadian itu terjadi ketika aku masih semester II di mata kuliah Aplikasi. Sejak hari itu, aku sudah dianggap anak suku Amazon yang tidak mengerti komputer. Begitu juga denganku, aku mengganggapnya alien sok tau, sok pinter, sok profesor dan sok segala sok hingga sok manusia
Dan kasus serupa juga kembali terulang saat mengumpul tugas dan juga UTS pada 3 minggu yang lalu. Aku sudah berusaha mati-matian mencari copy-an pada teman-temanku soal tugas yang diberinya. 

Katanya, harus kumpul dari pertama kuliah hingga hari itu. Maka aku pun mulai menjelajah laptop teman-temanku sambil membawa flash disc untuk meng-copy-nya ke laptopku. Dan sukses, aku selesai sebelum waktunya habis.
“Bu, ini tugas saya dari pertama dan juga UTS-nya. Nama ID-nya Nazri, paswordnya frexxx, untuk semua aplikasi,” ucapku sambil menyodorkan laptop.
Ia pun memeriksanya dengan teliti, satu persatu tugasku dijalankan. Tapi begoknya tak pernah pudar, ia selalu menanyakan ID dan pasword di setiap mengeklik ‘Run’ di progam. Sampai selesai, aku masih dengan kesabaran punuh extra, berulangkali mengatakan hal yang sama.
“ID-nya Nazri, paswordnya frexxx, Bu,”
Tapi tiba-tiba kesabaranku luntur, seperti bensin yang disentuh api. Aku mendadak naik pitam saat ia menasehatiku setelah memeriksa tugas yang terakhir. Program pemesanan tiket pesawat secara online.  
“Nazri, progam untuk tiket pesawat kenapa tidak ada?” ucapnya meliriku sambil mengarahkan mouse ke arah close (x).
“Jeh, itu yang barusan Ibu close jadi apa?” sautku dengan penuh kecewa karena merasa terintimidasi dan dizalimi olehnya.
“Kamu harus banyak-banyak belajar komputer, rajin-rajin ngetik, jangan cuma main batu di kantin. Terus Ibu liat, kamu kurang sekali di bidang komputer. Kalau kamu masih pingin kuliah di komputer, kamu harus punya komputer ataupun laptop sendiri. Orang tua kamu kerjanya apa?”
Ya Rabbi, kuatkanlah hamba. Seraya menarik nafas panjang, aku masih menjawabnya dengan penuh kesabaran yang sudah di ujung tanduk.
“Ibu, salah saya apa? Tugas saya lengkap, semua aplikasi yang Ibu suruh buat, saya kerjakan dengan baik. Dan laptop yang ada di hadapan Ibu, itu adalah hasil keringat orang tua saya, pake uang halal, Bu. Ayah saya berkerja di BUMN. Kalau Ibu mau tanya jabatannya, ini nomor HP-nya. Silahkan Ibu tanya saja sendiri,” titahku dengan menahan pitam sambil menyodorkan handphone dan nomor ayahku.
Ia diam sesaat dan mengabaikan omonganku.
“Sudah, kamu kembali ke tempatmu,” ucapnya sambil sambil nulis nilai pada namaku di absensi. Dan aku melihatnya, ia mencantumkan angka ‘60’, sebagai nilai satu-satunya di antara nilai ‘80’ hingga ‘100’ untuk mahasiswa lain. 
Aku benar-benar dizalimi dan merasa did. Apalagi setelah temanku meminjam laptop dan memakai tugas-tugasku untuknya. Hanya mengganti ID dan pasword di setiap Aplikasi. Temanku itu mendapat nilai ‘100’. 100, kawan! Seharusnya aku juga dapat 100! Dasar alien jahiliyah! Cucu Abu Lahap! Darah daging Abu Jahal!
***
***
Ya Rabbi, hanya padaMu, hamba mangadu,
Dalam sujud di perempat malam,
Aku harap, Engkau membuka pintu permohonan,
Maafkanlah kesalahanku, maafkan juga kekhilafan mereka,
Hanya Engkau Yang Maha Mengetahui, di langit dan bumi,
Dan aku memohon dari segela keterbatasan hamba,
Selamatkanlah imanku, orang tuaku, dan juga saudara-saudaraku,
Dan jauhkanlah kami dari siksa di hari akhirMu,
Hanya padaMu, hamba memohon,
Hanya Engkau Yang Kuasa melindungi kami dari setan-setan yang terkutuk,..

Amin.. Ya Rabal’alamin.....

18.51 wib
Banda Aceh, 15 Mei 2013


  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. :-t

    (p) sabar bg.. wkwkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. :-B mulai saat itulah, aku mau musnahkan semua alien di muka bumi ini..

      8-)

      Delete
  2. sabaar nzrii..
    semoga Allah memudahkan segla urusanmu..

    aminn
    :)

    ReplyDelete