Cara Menghidupkan Kembali Blog Lama yang Sudah Mati Surinya

 

Photo by <a href="https://unsplash.com/@goumbik?utm_content=creditCopyText&utm_medium=referral&utm_source=unsplash">Lukas Blazek</a> on <a href="https://unsplash.com/photos/coffee-latte-near-white-wireless-keyboard-and-apple-earpods-on-the-table-photography-GnvurwJsKaY?utm_content=creditCopyText&utm_medium=referral&utm_source=unsplash">Unsplash</a>

Dulu aku pernah punya blog.
Tempat semua keresahan ditumpahkan tanpa sensor, tempat kata-kata bertumbuh tanpa takut judgment.
Lalu waktu berjalan cepat. Hidup sibuk.
Blogku ditinggalkan seperti rumah tua yang dulu pernah penuh tawa — tapi kini berdebu dan dilupakan.

Sampai suatu hari, aku kembali membuka halaman itu.
Dan sesuatu di dalam diriku berkata:
"Kenapa tidak hidupkan kembali?"

Ternyata menghidupkan kembali blog lama itu seperti menyalakan lampu di kamar masa lalu. Kita tak hanya membersihkan, tapi juga berdamai. Dan di sinilah aku ingin berbagi langkah-langkahnya. Siapa tahu kamu juga punya blog yang sedang tidur panjang dan butuh dibangunkan.

1. Bersihkan Tampilan, Bukan Hanya Tulisan

Blog lama sering tampilannya kaku, nggak responsif, dan pakai template jaman Friendster.
Ganti template ke yang modern, minimalis, dan mobile-friendly.
Aku sendiri memilih tampilan yang bersih, agar tulisan bisa bernapas leluasa.
Kalau bisa, hindari musik otomatis atau font keriting—kecuali kamu sengaja ingin bernostalgia 😂

2. Perbarui “Tentang”mu

Halaman About adalah jendela pertama yang dilihat pengunjung serius.
Aku memilih menulis About yang tak terlalu personal, tapi menjelaskan isi blog dengan jujur.
Intinya: kamu ingin pembaca tahu apa yang akan mereka dapat kalau mereka mau tinggal lebih lama di blogmu.

3. Siapkan Kategori yang Jelas, Tapi Jangan Terlalu Banyak

Dulu blogku isinya campur aduk: puisi, curhat, link galau, sampai pujian buat band indie lokal.
Sekarang, aku tata jadi tiga kategori:
NARASI (untuk tulisan kritis dan reflektif),
SASTRA (cerpen, puisi, dan prosa),
dan INFO (seperti tulisan ini).

Blog bukan etalase supermarket, cukup seperti perpustakaan pribadi — asal rapi, orang betah.

4. Tulis dengan Cinta, Tapi Posting dengan Disiplin

Ini bagian paling menantang.
Menulis blog bukan lagi soal semangat sesaat — tapi tentang membiasakan kembali rasa menulis yang dulu mungkin sempat padam.
Aku mencoba menjadwalkan beberapa tulisan dalam seminggu pertama untuk pemanasan.
Bukan demi viral, tapi demi kembali nyambung dengan blogku sendiri.

5. Jangan Pikirin Adsense, Pikirkan Diri Sendiri Dulu

Uang itu menyenangkan. Tapi blog itu rumah, bukan toko.
Kalau kamu nulis cuma demi cuan, kamu bisa cepat lelah. Tapi kalau kamu nulis karena cinta, blogmu bisa jadi ladang yang tak pernah benar-benar kering.
Dan saat Adsense datang? Anggap saja itu bonus karena kamu setia.

Penutup:

Menghidupkan kembali blog lama itu seperti kembali mengunjungi diri kita yang dulu — dan menyapanya dengan versi kita yang sekarang.
Tidak semua akan sama. Tapi justru di situlah keindahannya.

Blogku dulu mati suri.
Sekarang?
Aku tidak janji dia akan ramai. Tapi setidaknya, ia hidup. Dan itu cukup.

Posting Komentar

0 Komentar