­
­

Positif Cinta

By Unknown - 10:25 am

Tengah malam masih di tempat kerja, terkadang pagi baru sampai rumah. Memang berkesempatan waktu untuk istirahat, namun pikiran masih kacau menunggu esok datang. Nahas, harus kesekian kalinya gadis ini merenung, memikirkan seorang pangeran yang kelak bersantai dengannya di suatu tempat. Lagi-lagi ia hanya bisa mendengar, mengeluh, bertubi ocehan dari teman-temannya.
“Mecing dikit, dong! Di sana banyak cowok, lho," 
Gadis ini tersenyum diam, cuma sekali membalas, “Bodoh, amat!” racaunya paling sering terdengar, meskipun setiap saat batinnya disapu oleh resah.
Suatu sore, ibunda si gadis datang menemuinya di tempat kerja. Entah khawatir, kangen, atau hanya sebatas kebetulan. Tiba-tiba saja orang yang melahirkan gadis itu datang membawa bekal untuk makan malam. Tidak juga terlalu menarik perhatian si gadis, ia senyum, dan berucap terima kasih. Lantas, orang tua si gadis tersebut mengungkap sesuatu yang tidak biasa.
“Kamu sudah dewasa, masa mau begini terus. Sesekali cari dong, teman cowok yang serius buat kamu,”
“Hah? Apaan sih, Mama! Orang aku nyamannya begini, kok,”
Orang yang disapa mama tersebut malah tergelak, tidak berubah sedikit pun tingkah putrinya itu. Dari TK, SD sampai SMA sekalipun masih sama, hingga sekarang sudah kuliah juga tidak beda. Gadis yang cuek, bicara suka asal ceplos, penampilannya saja yang sedikit diubah. Itu pun sebab teman-temannya sering protes. Jika bukan karena aku yang terus mengamatinya, mungkin juga aku bisa beranggapan seperti orang-orang. Mengira ia masih anak SMP.
Eh, untuk apa pula aku terus memperhatikan dia? Aku memikirkan isi kepalanya, khawatir akan kegelisahannya, juga cukup mengenali tingkah lakunya. Ah, jangan pula aku berpositif ini cinta. Tidak, tidak mungkin. Dia justru tidak mengenaliku sama sekali. Ya, tapi tidak apalah, tidak di dunia, paling di surga. 

Bandung, 02 Febuari 2014 

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar