Tengah
malam masih di tempat kerja, terkadang pagi baru sampai rumah. Memang
berkesempatan waktu untuk istirahat, namun pikiran masih kacau menunggu esok
datang. Nahas, harus kesekian kalinya gadis ini merenung, memikirkan seorang
pangeran yang kelak bersantai dengannya di suatu tempat. Lagi-lagi ia hanya
bisa mendengar, mengeluh, bertubi ocehan dari teman-temannya.
“Mecing dikit, dong! Di sana banyak cowok, lho,"
Gadis
ini tersenyum diam, cuma sekali membalas, “Bodoh, amat!” racaunya paling sering terdengar,
meskipun setiap saat batinnya disapu oleh resah.
Suatu
sore, ibunda si gadis datang menemuinya di tempat kerja. Entah khawatir,
kangen, atau hanya sebatas kebetulan. Tiba-tiba saja orang yang melahirkan
gadis itu datang membawa bekal untuk makan malam. Tidak juga terlalu menarik
perhatian si gadis, ia senyum, dan berucap terima kasih. Lantas, orang tua si
gadis tersebut mengungkap sesuatu yang tidak biasa.
“Kamu
sudah dewasa, masa mau begini terus. Sesekali cari dong, teman cowok yang
serius buat kamu,”
“Hah?
Apaan sih, Mama! Orang aku nyamannya begini, kok,”
Orang
yang disapa mama tersebut malah tergelak, tidak berubah sedikit pun tingkah
putrinya itu. Dari TK, SD sampai SMA sekalipun masih sama, hingga sekarang
sudah kuliah juga tidak beda. Gadis yang cuek, bicara suka asal ceplos,
penampilannya saja yang sedikit diubah. Itu pun sebab teman-temannya sering
protes. Jika bukan karena aku yang terus mengamatinya, mungkin juga aku bisa
beranggapan seperti orang-orang. Mengira ia masih anak SMP.
Eh,
untuk apa pula aku terus memperhatikan dia? Aku memikirkan isi kepalanya,
khawatir akan kegelisahannya, juga cukup mengenali tingkah lakunya. Ah, jangan
pula aku berpositif ini cinta. Tidak, tidak mungkin. Dia justru tidak
mengenaliku sama sekali. Ya, tapi tidak apalah, tidak di dunia, paling di surga.
Bandung, 02 Febuari 2014
2 komentar
Secred admire, Nazriiiiiiiii :-d
ReplyDeleteini gak benaran ada ee isni..
Delete:-s