Tanah Sawah
By Unknown - 6:19 pm
Persepsi tentang dunia yang menyamai kehidupan dengan tebaran bintang di angkasa, semakin jauh menghitungnya semakin banyak jua jumlahnya. Cerminan arti puisi dari seorang pujangga dari Persia yang semakin berubah kemaknaannya dari pemikiran seiring terbit tenggelamnya matahari. Peran utama yang dimainkan dalam scenario kehidupan sering kali terlupakan oleh pelaku dibalik layar yang kemudian tampilan terbakar nya bara kematian yang seolah tak pernah ia dapat..
Dari seberang sawah yang hijau menyuburi tanah terdapat pegunungan biru yang terlihat dari jauhan. Namun siapa yang berani menduga, bahwa di bawah akar sebatang padi dihadapan terdapat cacing tanah yang bersembunyi di balik-balik kelembapan tanah lumpur. Ia terkadang menangis sambil berdo`a agar tanah ini terus dibasahi oleh aliran air irigasi yang setiap tahunnya pasti hadirkan kekeringan. Perjuangan melawan kehidupan tak lebih dari hari hari dinasnya para petani yang beroperasi di pematangan sawahnya dan saat para petani itu cuti sesaat setelah hasil panen dinikmatinya, maka keluarga cacing cacing itu terjepit di balik retakan retakan tanah kering di atas hamparan sawah.
Siapa yang menduga juga seekor ular yang ganas terkadang juga harus berpuasa ketika para katak sawah hilang begitu saja saat musim panen tiba. Apa lagi hewan seukuran cacing yang ukuran jauh lebih kecil dari pada segaris retakan kering di punggung sawah yang belahannya mampu melebihi setelapak kaki kerbau yang super besar badannya. Namun apalah daya, hukum alam memang sudah begitu. Ada hari di mana leher pipa tiada henti mengalirkan madu dan ada juga saat di mana lidah harus merasakan pahitnya racun.
3 komentar
Subhanallah kata-katanya, Nazri... :)
ReplyDeleteastaghfirullah..
ReplyDeletetulisan aneh ini pun dibaca lagi...
*niatnya emang mau dihapus maren, cuma untuk mengenang jaman-jaman awal nulis, jadinya dibiari aja berdebu di blog :)
kalau nggak untuk dibaca, simpan aja... hahha :p
ReplyDelete