Biar Debu Yang Berjuang
By Unknown - 6:09 pm
Beberapa tahun sudah berlalu,atau mungkin sekitar 4 sampai 5
tahun lalu saat pertama kali nya aku meneriakan perjuangan dalam bentuk
audio yang di iringi instrument yang ku dapat dari kiriman para sahabat hingga
hasil download dari warung internet langganan ku.Tapi Alhamdulillah,gema “Save
Palestine” masih terdengar di sela-sela telinga ku dan masih gemetar juga hati
ini saat nama Allah yang kusebut saat itu dengan tulus ku memohon keridhaan dan
perlindungan Nya.
Selang hari yang bergulir hingga timbul beberapa reaksi dari
mereka yang merasa lantunan ku adalah pedang yang menebas leher mereka dan
bahkan tak sedikit dari mereka yang tak henti henti nya menjatuhkan semangat ku
dengan membeberkan kata kata pedas dari jejaring sosial seperti friendster,facebook,email
atau pun dari sms dan telpon (mereka menyebut ku teroris,lalu ini apa nama nya?
:D). Tapi sayang usaha mereka tak lebih dari lelucon seperti saat aku
menyaksikan media kafir yang mencoba memfitnah para mujahidin yang akhir nya
justru membuat semangat jihad ini terus meledak hingga teriakan “Jihad Fi
sabilillah” terus bersautan disetiap detakan jantung.
Ibarat teratai yang tumbuh dirawa yang angker namun dapat
menjadi sebuah keindahan bagi mereka yang mengagumi mekar nya di sela sela
kebusukan di sekitar ,seperti hal nya perjuangan ku yang akhir nya mampu
mendapat dukungan dari sekitar setelah beberapa dari sahabat membawa ku ke
sebuah sekumpul orang yang menjadikan seni bukan sekedar hiburan tapi juga
perjuangan.Dan ini adalah lampu hijau bagi ku sebagai teratai yang akan mekar
di sebuah taman bunga yang menjadikan keindahan nya sebagai kenikmatan dan
perjuangan nya menjadi inspirasi bagi setiap yang mengunjungi nya.
*****
Hari ini,adalah hari dimana aku mengenang semua cerita
itu.Bukan berarti perjuangan itu telah berakhir,tapi ini adalah saat nya aku
untuk membagi antara kewajiban,tugas dan juga perjuangan. Ada banyak hal yang
sebelum nya pernah aku abaikan sementara. Dimana ketika aku mampu mengasah
pedang dengan memaksimalkan kata minim dan menjadikan kepedihan sebagai air
mata yang mampu bertarung dengan kemunafikan,ideologi,dan realitas. Sehingga
kepedihan itu takkan pernah mampu mengeringkan air mata ini,bahkan sampai saat
ini.
Tapi sekejap sesaat aku memenjamkan mata,aku pikir ini lah
waktu untuk menyempurnakan beberapa hal yang juga menjadi kewajiban,tugas,dan
juga perjuangan. Aku harus kembali melanjutkan sesuatu yang pernah aku abaikan dan
ini bukan hal yang mudah bagi ku sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan.
Ada hari dimana keringat ini harus banjir di atas jalanan
yang sebelum nya aku enggan untuk menapaki nya,sepintas jalan yang seharus nya
saat ini aku sudah berada diperujung nya. Bahkan ini bukan yang pertama kali
nya aku mencoba untuk menelusuri jalan itu,dan aku harap ini adalah yang
terakhir aku mencoba berjalan sebelum jalanan selanjut nya yang juga harus aku
tempuh hingga ujung. Walau pun terhitung terlambat tapi aku yakin,aku bukan
yang terakhir yang akan tiba di perujung nya nanti.
Hampir hilang dalam hitungan jari lamanya aku melangkah di
badan puing yang seharus nya adalah kemegahan dan kebanggaan yang kini menjadi
separuh puing yang pasti akan
lenyap,maka tujuan ku saat ini adalah menikmati nya sebelum ia berubah menjadi
debu. Karena ketika itu,ia akan menjelma sebagai hantu yang tiada henti henti
nya bergentayangan bahkan akan menjadi salah satu pertanggung jawaban ku
setelah israil datang menjemput ku.
Namun masih ada sisa goresan yang masih tersimpan bersama
terpajang nya microfon di sudut kamar. Dinding nya juga pasti merasa sunyi
karena hanya dengan debu nya saja tak mungkin mampu berjuang tanpa genggamanku.
Sepintas aku merasa ia berbisik “tolong
teriakan syair mu tentang palestina,parcayalah angin akan membawa nya ke sana”.
Maka ku tatap microfon itu sambil membayangkan aku berada disebuah panggung
menantang thagut bersama nya,seperti di masa itu. Walau tak begitu lama,tapi
penuh dengan kenangan.
Di waktu yang hampir bersamaan,bayangan di lantai pun bertanya
“apa ada alasan yang lebih tepat dari
sebuah kenyataan yang kini aku terima..?? ingatlah,jembatan ini tidak bertahan
lama dan tidak selamanya”. Lalu ku usap keringat di wajah,dan aku akan
kembali ke medan ini bila aku sudah menemukan jawaban nya. Ku ucapkan selamat
tinggal pada mu microfon,terimakasih sudah menjadi pedang yang handal untuk
menebas leher leher para masuh. Dan maaf,karena kini aku harus mengulungkan
kabel dan membiarkan sesaat debu yang berjuang..
Insya Allah..
Aku pasti kembali,karena jurnal para singa tauhid ini harus dilanjutkan..
Aku pasti kembali,karena jurnal para singa tauhid ini harus dilanjutkan..
0 komentar