Siang yang menyengat, tidak seperti biasanya Bandung hari
ini terik. Aku singgah di warung sebelum pulang ke rumah. Barangkali, ada
minuman segar yang hilangkan rasa gerah. Ternyata sudah nangkring Mbak Nadia di
sana. Aku sempat kaget, soalnya Mbak Nadia adalah seorang presenter televisi
swasta di Jakarta. Di tanggal yang tidak merah begini, seharus ia tidak sedang
di Bandung.
“Hai, Nazri! Apa kabar? Gimana kerjaanmu?”
“Baik, Mbak. Aman, aman saja. Eh, Mbak kenapa di sini?”
“Lagi galau, Zri. Maka aku pulang ke Bandung sambil liburan,”
“Hah? Galau kenapa, Mbak? Bukannya Mbak sudah mau nikah sama
Mas yang kemarin itu?”
“Hahaha, bukan galau karena dia, ini akunya digalau sama
karir,”
“Lah! Kerjaan Mbak kenapa? Mbak dipecat?”
“Hus! Enak saja dipecat. Aku lagi konslet sama teman kantor,
tahu!”
“Oh, emang kenapa, Mbak? Ceritain, dong,”
“Iya, tapi jangan dimasukin ke novel kamu, ya!”
“Beres, tenang Mbak,”
“Di kantor, aku punya teman yang namanya Siska. Dulu dia
ngakunya model, tapi aku ragu,”
“Terus? Apa hubungannya dengan kerjaan Mbak?”
“Makanya dengar dulu,”
“Iya, Mbak,”
“Gini Zri, dia itu kemarin minta bantuan aku buat nyiapin
laporan. Terus aku bantu, soalnya dari laporan itu kita dinilai profesional
atau nggaknya. Nah, aku buatin deh,”
“Terus?”
“Ya, setelah aku buatin laporannya dia, terus dinilai oleh
atasan kami,”
“Terus, Mbak?”
“Laporannya aku yang dinilai nggak becus. Jelek! Eh, laporannya
Siska malah dapat nilai paling bagus di antara kami,”
“Hahaha, terus gimana, Mbak?”
“Iya itu, Zri. Aku kesalnya, Siska malah sok nasehatin aku. Terus
dia juga pamer-pamer gitu sama teman-teman yang lain. Memang sih, dia ada
ngucapin terima kasih, tetapi enggak harus pamer-pamer jugalah. Masa ada aku di
situ, dia juga pamer. Pakai upload ke semua sosial media pula lagi, tag nama
aku. Sumpah! Jijik banget gue!”
“Hahaha, sabar Mbak,”
“Sabar apa? Stres gue, sudah kena omel sama atasan, liat
orang sok pamer lagi!”
“Ciee, orang Jekardah ngomongnya gue gue,”
“Hahaha, kan emosi, Zri,”
“Nah, terus apa hubungan sama dia yang dulunya ngaku model?”
“Oh, ya ya. Tapi ingat, Zri! Jangan masukin ke novel,”
“Iya, tenang saja Mbak,”
“Ke cerpen juga nggak boleh,”
“Iya, takut banget, sih!”
“Bukan takut, aku enggak enak saja,”
“Nggak enak kenapa? Belum tentu pun dibaca,”
“Nah, ke blog juga jangan. Nanti dia lagi bete terus searching,
nggak sengaja malah baca,”
“Masa orang baca dilarang,”
“Bukan itu, pokoknya jangan,”
“Ya, sudah, gimana ceritanya?”
“Gini, Zri... “
Aku pun mendengar kisah Siska yang dulunya pernah mengaku
dirinya model. Sangat mengagetkan, cerita yang tidak biasa dan sangat cocok untuk
difilmkan. Maka setelah mendengar kisahnya Mbak Nadia tentang temannya itu, aku
langsung pulang ke rumah dan mencari nomor kontak sutradara film untuk mengarap
kisah ini. Jika sudah fix, kita pasang judulnya 'Siska'.
Bandung, 04 Maret 2014
0 komentar